Hasil Studi Beri Petunjuk Kehidupan Sosial Kucing Bergigi Pedang

By Maria Gabrielle, Rabu, 3 November 2021 | 09:00 WIB
Ilustrasi kucing bergigi pedang sedang memangsa korbannya. ( La Brea Tar Pits)

“Dalam kasus ini, hewan mengalami kondisi perkembangan (bukan cedera) dan mampu hidup hingga dewasa, ini menunjukkan bahwa ia pasti mendapat bantuan, mungkin dengan berbagi makanan dengan keluarganya,” ujar Dr. Mairin Balisi, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi ini kepada Sci News.

Karena sudah tertatih-tatih sejak masih anak-anak, individu ini tidak akan pernah bisa berburu ataupun mempertahankan wilayahnya sendiri. Kelangsungan hidup kucing bergigi pedang dengan keterbatasannya hingga dewasa menunjukkan bahwa hewan ini saling menjaga satu sama lain.

“Perilaku sosial sulit disimpulkan melalui fosil. Smilodon fatalis hanya memiliki hubungan dengan kucing besar saat ini. Jadi kita tidak bisa merekonstruksi sosialitas Smilodon fatalis berdasarkan, misalnya, singa dan harimau yang hidup,” tutur Dr. Mairin Balisi.

“Kucing besar yang hidup (saat ini) memiliki rentang struktur sosial, singa adalah satu-satunya yang benar-benar sosial, sementara harimau dan jaguar cenderung menyendiri atau tidak,” lanjutnya.

Baca Juga: Sepenggal Kisah Mu'izza, Teladan Cinta Kasih Sang Nabi Kepada Kucing

Ilustrasi kucing bergigi pedang dari genus Smilodon yang mempunyai taring mencapai 20 sentimeter. (Patrick O’Neill Riley / Encyclopedia Britannica, Inc.)

Studi ini telah dipublikasikan di Scientific Reports dengan judul Computed tomography reveals hip dysplasia in the extinct Pleistocene saber-tooth cat Smilodon pada 28 Oktober 2021. Studi ini bukan yang pertama mengenai perilaku sosial kucing bergigi pedang.

Pada fosil Smilodon fatalis lainnya, ahli paleontologi telah menemukan tanda-tanda penyembuhan dari luka parah. Di mana saat hewan mengalami luka parah bisa kelaparan jika tidak ada yang menyokong.

“Bukti dari perkembangan gigi dan tulang juga membenarkan Smilodon fatalis telah menunda penyapihan memperpanjang perawatan keluarga besar – tidak hanya dari sini (Rancho La Brea) tetapi juga dari kubangan aspal lainnya secara global, seperti Corralito di Ekuador,” kata Dr. Mairin Balisi.

“Meskipun kita tidak pernah dapat sepenuhnya memahami struktur sosial hewan yang punah seperti Smilodon fatalis (penggunaan) computed tomography dan data digital akan terus membantu mendiagnosis cedera mereka, mengungkapkan lebih banyak tentang bagaimana mereka hidup dan hidup bersama,” tambahnya.

Seorang peneliti dari La Brea Tar Pits and Museum di Natural History Museum of Los Angeles County, Department of Earth Sciences, Dr. Emily Lindsey yang turut terlibat dalam penelitian ini mengatakan studi ini merupakan contoh yang bagus tentang bagaimana pengetahuan ilmiah berkembang melalui masuknya perspektif dan teknologi baru.

Melansir Britannica, kucing bergigi pedang yang juga disebut sebagai harimu bertaring tajam atau singa bergigi pedang merupakan salah satu karnivora dari famili Nimravidae atau sub-famili Machairodontinae dari keluarga kucing (Felidae).

Sesuai dengan namanya, hewan ini memiliki sepasang gigi taring memanjang seperti pisau di rahang atas mereka. Hidup dari zaman Eosen hingga Zaman Pleistosen atau 56 juta hingga 11.700 tahun yang lalu.

Smilodon sendiri merupakan genus yang paling dikenal. Kucing besar berkaki pendek ini hidup di Amerika Utara dan Selatan selama Zaman Pleistosen, memiliki ukuran seperti singa Afrika modern (Panthera leo) dengan gigi taring atas memiliki panjang hingga 20 sentimeter.

Baca Juga: Kucing-kucing Liar dari Belantara Sumatra, Eksotika nan Terancam