AI Temukan Genom 'Hantu' yang Berasal dari Nenek Moyang Misterius

By Agnes Angelros Nevio, Sabtu, 6 November 2021 | 16:00 WIB
Ilustrasi manusia purba (Kennis & Kennis)

Nationalgeographic.co.id - Tidak ada yang tahu siapa dia, hanya saja dia berbeda: seorang gadis remaja dari lebih dari 50.000 tahun yang lalu dengan keunikan yang begitu aneh, dia tampak seperti nenek moyang 'hibrida' bagi manusia modern yang belum pernah dilihat para ilmuwan sebelumnya.

Baru-baru ini, para peneliti telah menemukan bukti bahwa dia tidak sendirian. Dalam sebuah studi tahun 2019 yang menganalisis kekacauan kompleks prasejarah umat manusia, para ilmuwan menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi spesies nenek moyang manusia yang tidak diketahui yang ditemui manusia modern—dan berbagi kesenangan dengannya—dalam perjalanan panjang keluar dari Afrika ribuan tahun yang lalu.

"Sekitar 80.000 tahun yang lalu, apa yang disebut Out of Africa terjadi, ketika bagian dari populasi manusia, yang sudah terdiri dari manusia modern, meninggalkan benua Afrika dan bermigrasi ke benua lain, sehingga memunculkan semua populasi saat ini," jelas ahli biologi evolusioner Jaume Bertrand Petit dari Universitat Pompeu Fabra di Spanyol.

Ketika manusia modern menempa jalan ini ke daratan Eurasia, mereka juga menempa beberapa hal lain—berkembang biak dengan hominid purba dan spesies lain yang sudah punah.

Baca Juga: Temuan Ruangan Gua Vanguard: Jejak Rumah Manusia Neanderthal Terakhir?

Hingga baru-baru ini, pasangan seksual singkat ini dianggap termasuk sebagai Neanderthal dan Denisovan, yang baru diketahui pada tahun 2010 lalu.

Namun dalam penelitian ini, nenek moyang ketiga dari masa lalu ternyata terdeteksi dalam DNA Eurasia, berkat algoritma pembelajaran mendalam yang menyaring sebuah masa kompleks kode genetik manusia kuno dan modern.

Menggunakan teknik statistik yang disebut inferensi Bayesian, para peneliti menemukan bukti dari apa yang mereka sebut "introgresi ketiga"—populasi kuno 'hantu' yang dikawinkan dengan manusia modern selama eksodus Afrika.

"Populasi ini terkait dengan klad Neanderthal-Denisova atau menyimpang lebih awal dari garis keturunan Denisova," para peneliti menuliskannya dalam makalah mereka, yang berarti bahwa mungkin saja populasi ketiga dalam sejarah perkawinan manusia ini mungkin merupakan campuran dari Neanderthal dan Denisova.

Dalam arti tertentu, dari sudut pandang pembelajaran yang mendalam, ini adalah pembuktian hipotetis dari jenis 'fosil hibrida' gadis remaja yang diidentifikasi pada tahun 2018; meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan proyek penelitian itu sendiri tidak terkait secara langsung.

"Teori kami bertepatan dengan spesimen hibrida yang ditemukan baru-baru ini di Denisova, meskipun kami belum dapat mengesampingkan kemungkinan lain," ujar salah seorang tim, ahli genom Mayukh Mondal dari University of Tartu di Estonia, mengatakan dalam sebuah pernyataan pers pada saat penemuan.

Dikatakan demikian, penemuan-penemuan yang dibuat di bidang sains ini datang dengan cepat dan banyak.

Baca Juga: Fosil Nenek Moyang Manusia yang Tak Dikenal Ditemukan di Israel

Juga pada tahun 2018, tim peneliti lain mengidentifikasi bukti dari apa yang mereka sebut "peristiwa kawin silang ketiga yang pasti" bersama Denisovan dan Neanderthal, dan sepasang makalah yang diterbitkan pada awal 2019 menelusuri garis waktu tentang bagaimana spesies yang punah itu bertemu dan kawin dengan lebih detail daripada yang pernah dilakukan sebelumnya.

Masih banyak penelitian yang harus dilakukan di sini. Menerapkan analisis AI semacam ini adalah teknik yang benar-benar baru di bidang nenek moyang manusia, dan bukti fosil yang diketahui yang kita hadapi sangat sedikit.

Namun menurut penelitian, apa yang ditemukan tim menjelaskan tidak hanya proses introgresi yang telah lama terlupakan—ini adalah kelonggaran yang dengan caranya sendiri, menginformasikan sebagian dari siapa kita hari ini.

"Kami pikir kami akan mencoba menemukan tempat-tempat dengan perbedaan tinggi dalam genom, melihat mana yang Neanderthal dan mana yang Denisovan, dan kemudian melihat apakah ini menjelaskan keseluruhan gambaran," kata Bertrand Petit.

"Seperti yang terjadi, jika Anda mengurangi bagian Neanderthal dan Denisovan, masih ada sesuatu dalam genom yang sangat berbeda."