Fenomena Operasi Plastik Zaman Kuno: dari Kecantikan sampai Hukuman

By Galih Pranata, Kamis, 4 November 2021 | 10:00 WIB
Ilustrasi yang menggambarkan operasi plastik pada abad ke-19 yang dilakukan kepada seorang wanita dengan luka bakar di wajah. (Universal History Archives/Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—"Plastikos" agaknya menjadi istilah yang lekat digunakan dengan tren kecantikan modern, untuk menyebut prosedur oplas atau operasi plastik. Istilah itu memiliki arti mengubah atau memberi bentuk.

Penggunaan plastikos yang merupakan istilah dari Yunani, kemudian menjadi populer untuk menyebut pada operasi perubahan bentuk tubuh manusia. Berangkat ke zaman dahulu kala, saat beberapa bukti operasi rekonstruktif pernah dilakukan sejak zaman kuno.

Prosedur operasi plastik tertua diperkirakan sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Catatan berjudul Edwin Smith Papyrus, berkisah tentang temuan teks medis Mesir kuno. "Teks tersebut berisi studi kasus terperinci untuk berbagai cedera dan diagnosis," tulis Holland.

Oscar Holland menjelaskan tentang manuskrip kuno kepada CNN Style dalam artikelnya berjudul From ancient Egypt to Beverly Hills: A brief history of plastic surgery. Artikelnya dipublikasikan pada Mei 2021.

"Pada tahun 2000, mumi kuno ditemukan memiliki jari kaki palsu yang mungkin telah membantu wanita itu berjalan, menurut para peneliti yang menguji replika jari kaki tersebut," tambahnya.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa operasi plastik yang diketahui dalam teks medis kuno, telah dilakukan di Mesir Kuno sekitar tahun 1600 SM. "Umumnya, prosedur operasi melibatkan perbaikan hidung," tulisnya.

Operasi di era Mesir Kuno awalnya hanya terfokus pada perbaikan wajah atau hidung akibat luka atau kerusakan akibat kecelakaan. Berbeda dengan di tahun-tahun berikutnya. Sekitar tahun 600 SM, India juga memulai prosedur operasi.

"Dokter di India melakukan prosedur (operasi plastik) yang tidak berbeda dengan rinoplasti kosmetik modern," sambungnya. Holland menjelaskan bahwa motif pasien datang ke dokter adalah untuk keperluan kecantikan.

"Sushruta Samhita, merupakan prosedur operasi plastik yang namanya merujuk pada dokter India Sushruta (disebut bapak bedah plastik), menguraikan teknik yang sangat canggih untuk proses cangkok kulit," tambahnya.

Justin Yousef, merupakan ahli bedah yang tengah magang di Rumah Sakit Royal Prince Alfred Sydney, menulis tentang sejarah operasi plastik yang berkembang sejak era kuno. Ia bersama timnya menulis kepada European Journal of Plastic Surgery.

"Operasi plastik di era India Kuno juga dilakukan untuk menghukum pelaku perzinahan, dengan mengangkat hidung dari wajahnya," tulis Yousef dalam jurnalnya berjudul Plastic surgery in antiquity: an examination of ancient documents, publikasi tahun 2021.

"Itu menjadi tanda untuk memberikan efek (rasa) malu di depan umum. Jika Anda berjalan tanpa hidung, maka orang akan tahu bahwa Anda telah melakukan sesuatu yang dilarang (perzinahan)," lanjut Yousef.

Sushruta banyak digunakan untuk menegakan ajaran kebaikan dan menjauhkan ajaran keburukan di India Kuno. "Hidung diamputasi sebagai hukuman agama, kriminal, atau militer," tambahnya.

Terlepas dari fenomena hukuman, dalam tren kecantikan, teknik Sushruta melibatkan pembuatan hidung baru menggunakan kulit dari tempat lain di wajah pasien. 

Baca Juga: Gaya Berpikir Memengaruhi Seseorang Melakukan Operasi Plastik

Ilustrasi Sushruta, Ahli Bedah India Kuno. (Robert Thom/Hektoen International)

"Kulit itu (diambil) entah dari dahi atau pipi, tapi pada dasarnya dia mengangkat kulit dan lemak di bawahnya, sebelum memindahkannya ke area hidung," imbuhnya. "Mulanya, bagian hidung yang akan ditutup harus diukur terlebih dahulu dengan daun," tambahnya.

"Kemudian, sepotong kulit dengan ukuran yang dibutuhkan harus dibedah dari kulit pipi yang masih hidup, dan dibalik untuk menutupi hidung, menjaga pedikel kecil menempel pada pipi. Bagian hidung yang akan ditempeli kulit harus dibuat mentah, dengan memotong tunggul hidung dengan pisau," pungkasnya.

Era lain, masih di zaman kuno, dokumen tentang operasi plastik juga pernah dipraktikan oleh bangsa Roma Kuno. Sebagaimana dilansir dari Cape Gazette dalam artikelnya berjudul Plastic Surgery in Ancient Rome, yang publish di tahun 2014.

Sebagaimana yang terjadi di era modern, operasi plastik dilakukan untuk meningkatkan penampilan seseorang dan meningkatkan kepercayaan diri. 

Pengecilan payudara sebagian besar dilakukan pada wanita, tetapi seperti di Roma kuno, pengecilan payudara juga dapat dilakukan pada pria dalam prosedur yang disebut Ginekomastia.

"Prosedur operasi plastik kuno dijelaskan dalam De re medicina, sebuah teks oleh Cornelius Celsus, bersama dengan penjelasan tentang proses pengecilan payudara dan prosedur sunat (untuk kelamin pria)," tulis Cape Gazette dalam laman resminya.

Konsentrasi ahli bedah Romawi Kuno lebih cenderung kepada alat-alat vital dalam tubuh manusia, mulai dari payudara hingga alat kelamin. Meskipun tak dapat dipungkiri juga secara umum, operasi bedah dilakukan untuk memperbaiki bagian tubuh yang luka akibat kecelakaan.

"Ahli bedah Romawi juga dikenal ahli dalam menghilangkan bekas luka, terutama di (bagian) punggung, yang merupakan tanda rasa malu yang menunjukkan bahwa pria itu telah membelakangi pertempuran atau dicambuk seperti budak," tambahnya.

Baca Juga: Kecantikan Dianggap Sebagai Hak Asasi, Brasil Subsidi Operasi Plastik