Perang Dunia, Mendorong Lahirnya Operasi Plastik dan Anestesi Modern

By Galih Pranata, Kamis, 4 November 2021 | 17:00 WIB
Walter Yeo adalah salah satu pasien pertama yang dioperasi oleh Harold Gillies. (National Army Museum)

"Suatu periode waktu diperlukan untuk memungkinkan suplai darah baru terbentuk di tempat implantasi. Kemudian dilepas, tabung dibuka dan kulit rata dijahit di atas area yang membutuhkan penutup," imbuh Kirby. Salah satu pasien pertana Gillies adalah Walter Yeo.

Yeo mengalami cedera wajah selama Pertempuran Jutlandia pada tahun 1916, termasuk kehilangan kelopak mata atas dan bawahnya. "Pedikel tabung menghasilkan 'topeng' kulit yang dicangkokkan di wajah dan matanya, menghasilkan kelopak mata baru," lanjutnya.

Hasilnya, meski jauh dari kata sempurna, setidaknya Yeo telah mendapatkan kembali kelopak matanya. "Yeo mendapatkan kembali kelopak matanya, namun seakan dia memiliki lagi wajah yang baru," ungkapnya.

 Baca Juga: Film 'Onoda', Kisah Nyata Gerilya Tentara Jepang Meski Perang Usai

Operasi wajah dan kepala yang kompleks, membutuhkan cara baru untuk memberikan anestesi. Berbeda dengan prosedur operasi zaman kuno, Gillies telah menunjukan kemunculan anestesi modern.

Tim anestesi di Queen Marry, merupakan salah satu rumah sakit yang dikembangkan oleh Gillies, mengembangkan metode melewatkan tabung karet dari hidung ke trakea (tenggorokan).

"Selain itu, mereka juga menghubungkan tabung endotrakeal (dari mulut ke tenggorokan) yang terbuat dari pipa karet, dan ini digunakan sampai hari ini," pungkas Kirby. Tidak ada yang dapat memenangkan perang selain para tenaga medis yang menyelamatkan jutaan jiwa dari kerusakan akibat perang.