Jacob, Singa Berkaki Tiga dari Uganda Simbol Harapan dan Inspirasi

By Sysilia Tanhati, Jumat, 12 November 2021 | 09:00 WIB
Populasinya makin menurun, singa pohon di Afrika terancam oleh pemburu liar. (Go to Jorge Tung's profile Jorge Tung)

Apa yang terjadi dengan Jacob menyoroti beberapa ancaman serius yang dihadapi singa, yang jumlahnya hanya sekitar 20.000 di alam liar. Hewan ini terdaftar sebagai rentan terhadap kepunahan oleh International Union for Conservation of Nature.

Pemburu liar di seluruh Afrika semakin semakin gencar berburu singa untuk bagian tubuh mereka, seperti gigi, cakar, dan tulang. Ini digunakan oleh beberapa komunitas di Afrika dan Asia Tenggara sebagai obat atau simbol status, kata Paul Funston, direktur program singa untuk Panthera.

Meskipun Jacob berhasil lolos tanpa cedera, enam singa dalam kelompok Jacob diracuni dan mati pada bulan Maret 2020 oleh pemburu liar. Beberapa minggu kemudian ia ditanduk oleh kerbau atau babi hutan dan meninggalkan luka tusukan yang dalam di dadanya. Dan pada tahun 2019, singa ini juga terjebak dalam jerat pemburu sebelum diselamatkan.

“Perdagangan ini harus dihentikan dengan segera karena mendorong populasi singa menuju kepunahan,” kata Funston.

Namun ancaman terus berkembang.

Jacob mengenakan kalung pelacak radio, yang memberi tahu Otoritas Margasatwa Uganda ketika berhenti bergerak, sebuah tanda bahwa ia mungkin terluka. Ketika Jacob kehilangan kakinya, otoritas ini memelopori upaya ambisius untuk menyelamatkannya. Ini termasuk beberapa perawatan yang bekerja sama dengan ahli dari beberapa organisasi, seperti Yayasan Konservasi Uganda dan Masyarakat Konservasi Margasatwa.

Baca Juga: Fenomena Liger, Hasil Perkawinan Silang Antara Singa Dengan Harimau

Terlepas dari popularitas daerah tersebut untuk pariwisata, insiden jerat meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Jerat ini tidak hanya untuk menangkap singa tetapi juga menjebak mamalia lain untuk diambil dagingnya, kata Braczkowski.

Ketika populasi mangsa berkurang karena penjeratan, singa di daerah tersebut melakukan perjalanan sekitar enam kali lebih jauh daripada singa di Cagar Alam Masai Mara Kenya untuk mencari makanan. Penelitian menunjukkan bahwa singa di taman nasional ini bergerak lebih banyak daripada yang mereka lakukan satu dekade lalu.

Di Queen Elizabeth dan daerah sekitarnya, “konservasi singa bergantung pada kolaborasi antara Otoritas Margasatwa Uganda dan LSM. Selain itu, berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat,” kata Braczkowski.

Banyak hal yang harus dilakukan untuk memerangi perdagangan ilegal anggota tubuh singa. Seperti penambahan penjaga singa, mengorganisir patroli untuk menghilangkan jerat, meningkatkan kolaborasi untuk melindungi hewan, dan keterlibatan dengan masyarakat setempat.

Singa terlindungi dengan baik di sekitar 15 hingga 20 persen habitat mereka yang tersisa, terutama di bagian selatan Afrika dan Afrika Timur, kata Funston.

Tetapi jika penangkapan dan perburuan tetap tidak terkendali, tambahnya, spesies itu “mungkin tidak akan terus ada di wilayah tertentu di tahun-tahun mendatang.”

Baca Juga: Lima Kucing Terbesar yang Hidup di Alam Liar: Harimau hingga Puma