Nationalgeographic.co.id—Jacob, seekor singa dari Uganda tampaknya memiliki sembilan nyawa. Ia berhasil selamat dari empat tragedi yang biasa menjadi penyebab kematian singa: jerat, jebakan, racun, dan tandukan kerbau.
Yang terakhir, singa afrika pemanjat pohon berusia enam tahun ini terjerat perangkap roda di Taman Nasional Virunga. Di tempat ini, Jacob dan kelompoknya terlihat berkeliaran.
Perangkap itu membuat pergelangan kakinya terpotong pada Agustus 2020. Setelah mendapatkan perawatan, Jacob menemukan cara untuk berjalan menggunakan ketiga kaki yang tersisa. Bahkan ia bergabung kembali dengan kelompoknya untuk berburu. Sejak itu dia terlihat kawin dengan setidaknya satu betina, kata Alex Braczkowski, peneliti singa di Taman Nasional Queen Elizabeth.
Kemampuan bertahan yang luar biasa merupakan sebuah inspirasi. “Hal ini menunjukkan bahwa jika hewan-hewan ini diberi setengah kesempatan untuk melanjutkan hidup, mereka masih bisa bertahan. Dan itu sangat menakjubkan,” kata Braczkowski.
Halaman berikutnya...
Apa yang terjadi dengan Jacob menyoroti beberapa ancaman serius yang dihadapi singa, yang jumlahnya hanya sekitar 20.000 di alam liar. Hewan ini terdaftar sebagai rentan terhadap kepunahan oleh International Union for Conservation of Nature.
Pemburu liar di seluruh Afrika semakin semakin gencar berburu singa untuk bagian tubuh mereka, seperti gigi, cakar, dan tulang. Ini digunakan oleh beberapa komunitas di Afrika dan Asia Tenggara sebagai obat atau simbol status, kata Paul Funston, direktur program singa untuk Panthera.
Meskipun Jacob berhasil lolos tanpa cedera, enam singa dalam kelompok Jacob diracuni dan mati pada bulan Maret 2020 oleh pemburu liar. Beberapa minggu kemudian ia ditanduk oleh kerbau atau babi hutan dan meninggalkan luka tusukan yang dalam di dadanya. Dan pada tahun 2019, singa ini juga terjebak dalam jerat pemburu sebelum diselamatkan.
“Perdagangan ini harus dihentikan dengan segera karena mendorong populasi singa menuju kepunahan,” kata Funston.
Namun ancaman terus berkembang.
Jacob mengenakan kalung pelacak radio, yang memberi tahu Otoritas Margasatwa Uganda ketika berhenti bergerak, sebuah tanda bahwa ia mungkin terluka. Ketika Jacob kehilangan kakinya, otoritas ini memelopori upaya ambisius untuk menyelamatkannya. Ini termasuk beberapa perawatan yang bekerja sama dengan ahli dari beberapa organisasi, seperti Yayasan Konservasi Uganda dan Masyarakat Konservasi Margasatwa.
Baca Juga: Fenomena Liger, Hasil Perkawinan Silang Antara Singa Dengan Harimau
Terlepas dari popularitas daerah tersebut untuk pariwisata, insiden jerat meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Jerat ini tidak hanya untuk menangkap singa tetapi juga menjebak mamalia lain untuk diambil dagingnya, kata Braczkowski.
Ketika populasi mangsa berkurang karena penjeratan, singa di daerah tersebut melakukan perjalanan sekitar enam kali lebih jauh daripada singa di Cagar Alam Masai Mara Kenya untuk mencari makanan. Penelitian menunjukkan bahwa singa di taman nasional ini bergerak lebih banyak daripada yang mereka lakukan satu dekade lalu.
Di Queen Elizabeth dan daerah sekitarnya, “konservasi singa bergantung pada kolaborasi antara Otoritas Margasatwa Uganda dan LSM. Selain itu, berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat,” kata Braczkowski.
Banyak hal yang harus dilakukan untuk memerangi perdagangan ilegal anggota tubuh singa. Seperti penambahan penjaga singa, mengorganisir patroli untuk menghilangkan jerat, meningkatkan kolaborasi untuk melindungi hewan, dan keterlibatan dengan masyarakat setempat.
Singa terlindungi dengan baik di sekitar 15 hingga 20 persen habitat mereka yang tersisa, terutama di bagian selatan Afrika dan Afrika Timur, kata Funston.
Tetapi jika penangkapan dan perburuan tetap tidak terkendali, tambahnya, spesies itu “mungkin tidak akan terus ada di wilayah tertentu di tahun-tahun mendatang.”
Baca Juga: Lima Kucing Terbesar yang Hidup di Alam Liar: Harimau hingga Puma