Tujuh Fakta Sejarah Kebudayaan Mesir Kuno yang Belum Anda Ketahui

By National Geographic Indonesia, Senin, 4 Mei 2015 | 12:40 WIB
Lukisan Ratu Mesir memainkan Senet, salah satu 'game board' populer di zaman Mesir (Gianni Dagli Orti/Corbis)

 

Nationalgeographic.co.id—Mesir kuno merupakan tempat kebudayaan manusia lahir dan berkembang. Leluhur Mesir hidup selama kurang lebih 3.000 tahun silam. Kebudayaannya menjadi begitu sangat kaya dan beragam sehingga dikenal berbagai lapisan masyarakat dunia, dari generasi satu ke yang lainnya.

Pada Periode Arkais, warga Mesir kuno adalah petani yang tinggal di desa-desa kecil. Mereka bertani (sebagian besar gandum dan jelai) yang membentuk basis ekonomi negara Mesir. Banjir tahunan di Sungai Nil menyediakan irigasi dan pemupukan yang diperlukan setiap tahun. Mereka menabur gandum setelah banjir surut dan memanennya sebelum musim suhu tinggi dan kekeringan kembali.

Kerajaan Lama dimulai dengan dinasti ketiga firaun. Sekitar 2630 SM, Raja Djoser dari dinasti ketiga meminta Imhotep, seorang arsitek, pendeta dan penyembuh, untuk merancang sebuah monumen penguburan untuknya; hasilnya adalah bangunan batu besar pertama di dunia, Step-Pyramid di Saqqara, dekat Memphis. Pembangunan piramida Mesir mencapai puncaknya dengan pembangunan Piramida Agung di Giza, di pinggiran Kairo. Dibangun untuk Khufu (atau Cheops, dalam bahasa Yunani), yang memerintah dari 2589 hingga 2566 SM, piramida kemudian dinamai oleh sejarawan klasik sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Sejarawan Yunani kuno, Herodotus, memperkirakan bahwa dibutuhkan 100.000 orang selama 20 tahun untuk membangunnya.

Namun tahukah Anda, ada beberapa fakta dari kebudayaan Mesir kuno yang ternyata tidak seperti anggapan kita. Apa sajakah itu?

Baca Juga: Simbol Teratai: Dari Mesir, Berkembang Tiongkok, dan Nusantara

[1] Cleopatra bukan keturunan Mesir

Mendengar Cleopatra, kita akan otomatis mengasosiasikannya dengan keelokannya sehingga dinobatkan sebagai Ratu tercantik di Kerajaan Mesir Kuno. Meski lahir di Alexandria, ia merupakan keturunan Yunani Makedonia, tepatnya keturunan Ptomely I, salah satu letnan dari Raja Alexander The Great, yang memimpin kerajaan Mesir dari abad 323 hingga 30 Sebelum Masehi.

[2] Rakyat Mesir Kuno mencintai permainan papan

Di malam hari usai bekerja seharian penuh, pekerja Mesir kerap bermain board games sambil bersantai bersama rekan mereka. Permainan yang bisa dimainkan di atas papan dengan 30 kotak itu berupa permainan yang dinamakan “Mehen”, “Dogs and Jackals”, dan “Senet”. Cara bermainnya sederhana, layaknya bermain ular tangga dengan melempar dadu secara bergiliran. Menurut penelitian, mereka sudah melakukan kegiatan ini sejak 3500 SM, didukung oleh adanya penemuan papan permainan Senet di makam para Firaun yang memerintah di Dinasti ke-18, yakni sekitar 1333 hingga 1324 SM.

 

Baca Juga: Pertama Kalinya di Dunia, Mumi Mesir Ditemukan dalam Kondisi Hamil

Wanita Mesir adalah kaum yang merdeka berekspresi. Anggapan bahwa wanita Mesir seringkali dilecehkan, diremehkan, bahkan tidak dianggap keberadaannya di Mesir, ternyata tidak benar. (Thinkstock)

[3] Wanita Mesir Kuno berhak atas banyak hal dan kebebasannya beragam

Anggapan bahwa wanita Mesir seringkali dilecehkan, diremehkan, bahkan tidak dianggap keberadaannya di Mesir sana ternyata tidak benar.

Para wanita di Mesir memiliki hak kesepakatan yang legal dan mampu memiliki hak finansial secara mandiri, itu berarti mereka dapat menjual atau membeli bangunan, berperan sebagai juri/hakim, dan terkadang juga dapat terlibat dalam suatu perjanjian kontrak. Wanita Mesir yang pekerjaannya dilakukan di luar rumah mendapat upah yang setara dengan yang diterima pria pada masa itu. Wanita di Mesir juga berhak menceraikan suaminya, bukan selamanya terikat dengan suami seperti yang terjadi pada wanita Yunani.

[4] Para Firaun (pemimpin Mesir) bertubuh gemuk dan menderita diabetes

Meski kita seringkali melihat patung orang Mesir yang digambarkan bertubuh kekar, nyatanya itu tidak terjadi di kenyataannya dahulu. Setelah para ilmuwan meneliti tubuh dari mumi-mumi Firaun Mesir, ternyata ditemukan bahwa dulunya berat badan mereka seringkali berlebih dan tidak sehat. Bahkan diduga menderita diabetes akibat konsumsi bir, wine, roti dan madu yang tinggi kadar gulanya.

[5] Piramida tidak dibangun oleh para budak

Dengan ditemukannya bermacam rangka yang menunjukkan pemiliknya pernah mengalami radangs sendi dan penyakit sejenis, pembangunan piramida-piramida Mesir yang sangat besar dan mengagumkan itu tentu tidak mudah.

Namun demikian, penemuan bukti terbaru menunjukkan bahwa pembangunan piramida Mesir dilakukan oleh para artisan. Jika bukan oleh orang yang ahli dalam hal memahat, graffiti yang menunjukkan kelompok atau tim pemahat bernama lucu seperti “Drunkards of Menkaure” atau “Friends of Khufu” barangkali tidak akan muncul. Budak-budak Mesir dulunya hanya bekerja sebagai pelayan istana.

[6] Aksi mogok kerja pertama kali dilakukan pekerja Mesir kuno

Meski warga mesir kuno seringkali menganggap para Farao sebagai dewa hidup, mereka tidak takut melakukan protes untuk miliki lingkungan kerja yang lebih baik. Dulu pada abad ke-12 SM, saat Farao Ramses III sedang berkuasa, para pekerja melakukan aksi mogok dan melakukan demo untuk meminta upah yang tidak mereka terima saat membangun menara kerajaan di Deir el-Medina. Aksi mogok itu tercatat sebagai aksi mogok pertama dalam sejarah.

 

Baca Juga: Mengungkap Identitas Orang-Orang yang Membangun Piramida Mesir Kuno

Piramida Bent. Piramida yang dibangun untuk Firaun Sneferu, yang dikenal karena bentuknya yang tidak beraturan, dengan akses ke ruang dalam. (Thinkstock)

[7] Pria Mesir Kuno juga bersolek

Kosmetik tidak mengenal perbedaan gender di jaman Mesir kuno. Dengan para wanita yang bersolek demi penampilan, para pria Mesir juga tampil tak kalah memukau dari para wanita. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kepercayaan mereka untuk melindungi diri dari Dewa Horus dan Ra, yakni Dewa Matahari dalam mitologi Mesir.

Kosmetik yang digunakan berasal dari bijih besi mineral yang digerus sehingga menjadi bahan yang disebut kohl, yang kerap dibalurkan di atas kelopak mata dan kemudian dihiasi ornamen yang terbuat dari kayu, tulang atau gading. Untuk wanita, mereka menggunakan henna untuk melukis tangan dan kuku-kuku mereka. Tak hanya itu, baik wanita maupun pria juga menggunakan parfum yang terbuat dari minyak dan kayu manis. Selain untuk menarik perhatian dan mempercantik diri, orang Mesir Kuno percaya bahwa kosmetik berfungsi pula sebagai obat penyembuh mujarab.