Katakomba Kapusin, Mumifikasi Menjadi Simbol Status di Sisilia

By Sysilia Tanhati, Minggu, 14 November 2021 | 07:00 WIB
()

Tak lama setelah kematian, jenazah diletakkan di ruang persiapan yang disebut "colatoio". Di ruang ini organ dalam dikeluarkan; sebagai gantinya ditambahkan jerami atau daun salam, untuk memudahkan proses dehidrasi.

Jenazah itu ditempatkan dalam posisi terlentang di atas kisi-kisi yang terbuat dari tabung terakota. Ini membuat cairan tubuh bisa mengalir keluar dan daging mengering. Colatoio merupakan tempat optimal untuk mumifikasi, dengan udara yang lebih kering dan kelembapan yang sangat rendah.

Setelah jenazah diekspos ke udara, dibilas dengan cuka dan didandani, seringkali dengan pakaian pilihan mereka sendiri. Setelah itu, mumi ditempatkan di koridornya masing-masing.

Baca Juga: Mumi Janin Abad ke-19 Ungkap Prosedur Aborsi Kuno yang Paling Ekstrem

Proyek mumi Palermo dilakukan pada tahun 2007 untuk mempelajari mumi dan membuat profil tentang mumi tersebut. Proyek ini dipimpin oleh antropolog Dario Piombino-Mascali dari Departemen Warisan Budaya dan Identitas Sisilia di Palermo.

Mumi-mumi tersebut diperiksa dengan sinar-X dan CT scan untuk mendapatkan informasi usia dan jenis kelamin. Namun selama ini penelitian dilakukan hanya pada mumi dewasa saja.

Studi komprehensif pertama tentang mumi anak-anak di Katakomba Kapusin dimulai di bulan Desember 2021 oleh Staffordshire University. Dr. Kirsty Squires dan timnya telah diberikan akses eksklusif ke koleksi mumi anak-anak yang selama ini belum pernah dipelajari.

Dr. Squires menjelaskan: “Katakomba Kapusin merupakan salah satu koleksi mumi terpenting di dunia. Namun, hanya ada sedikit bukti dokumenter tentang mumifikasi anak-anak. Selain itu, catatan kematian dari periode tersebut berisi informasi yang terbatas. Studi ini akan memperbaiki kesenjangan pengetahuan ini.”

Biasanya, upacara penguburan dan mumifikasi terutama diperuntukkan bagi orang dewasa. Penelitian ini juga akan menggali informasi mengenai alasan mengapa proses mumifikasi dilakukan pada anak-anak. Satu teori yang mungkin adalah anak-anak ini berasal dari masyarakat kelas atas.

Kondisi kehidupan dan lingkungan tempat tinggal juga dapat diketahui melalui pemeriksaan pada tubuh mumi anak ini. Hasilnya akan dibandingkan dengan atribut biologis jenazah anak yang tidak dimumifikasi. Menurut Dr. Squires, penelitian ini juga merupakan kesempatan untuk mempelajari tentang kehidupan di Sisilia.

Para keluarga akan memberikan sumbangan uang kepada Kapusin untuk merawat katakomba dan mumi. Jika keluarga berhenti memberikan sumbangan, mumi akan dipindahkan dari koridor dan diletakkan di rak.

Biarawan Kapusin ingin mengingatkan orang tentang kematian. Secara historis, ketika salah satu anggota ordo meninggal, mereka akan menyimpan tulangnya dan dipajang. Namun biarawan Kapusin di Palermo melakukannya selangkah lebih maju. Bukan hanya menyimpan tulang, mereka juga mengawetkan tubuh secara keseluruhan.