Katakomba Kapusin, Mumifikasi Menjadi Simbol Status di Sisilia

By Sysilia Tanhati, Minggu, 14 November 2021 | 07:00 WIB
()

Nationalgeographic.co.id - Sisilia, Italia, memiliki tempat wisata yang unik dan mengerikan. Di sini terdapat ikatan yang kuat antara mereka yang sudah meninggal dan masih hidup

Tepatnya di Palermo, sebuah biara menyimpan ribuan jenazah yang dimumifikasi. Sejak tahun 1700-an, Convento dei Cappuccini atau dikenal juga dengan nama Palermo Capuchin Catacombs, menarik banyak wisatawan untuk berkunjung.

Dikelola oleh biarawan Kapusin, Katakomba ini berisi koleksi mumi terbesar di Eropa. Memiliki lebih dari 1.284 mumi dan 8.000 kerangka tubuh yang berasal dari akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-20. Di tahun 1787, tempat ini mulai menyimpan jenazah anak-anak. Semua mumi ini selamat dari jamur, serangan bakteri, kebakaran, kerusakan akibat banjir, dan pemboman sekutu selama Perang Dunia II.

Disematkan di dinding, duduk di bangku dan rak, dan tersimpan di peti mati terbuka, setiap mumi dan kerangka mengenakan pakaian terbaiknya.

Katakomba yang remang-remang dan pengap ini memiliki beberapa koridor. Mumi dikelompokkan berdasarkan profesi, jenis kelamin, atau umur. Ada ruang untuk tokoh agama, terutama yang berafiliasi dengan biara, untuk profesional, seperti dokter, dan ruang untuk wanita, perawan, dan bayi. Silvestro da Gubbio, seorang biarawan yang meninggal pada tahun 1599, menjadi jenazah yang tertua di sana.

Mereka yang ingin diawetkan di katakomba harus mengajukan permohonan sebelum meninggal. Berada di katakomba merupakan simbol status.

Bahkan setelah meninggal pun orang kaya ingin tetap memiliki status dan kekuasaan. Mumifikasi memungkinkan keluarga untuk melihat dan menghormati jenazah dengan cara yang tidak biasa.

Baca Juga: Sokushinbutsu, Ritual Biksu Jepang Mengubah Dirinya Menjadi Mumi

Namun tren ini berakhir di tahun 1880. Hanya ada 2 tambahan jenazah setelah itu yaitu Giovanni Paterniti, Wakil Konsul Amerika Serikat pada tahun 1911 dan Rosalia Lombardo. Rosalia meninggal saat berumur dua tahun di tahun 1920. Ia menjadi mumi paling terkenal di katakomba itu.

Prosedur pembalsaman membuat Rosalia tampak begitu terawat sehingga dia dijuluki "Sleeping Beauty." Prosedur pembalsaman sempat hilang selama beberapa dekade. Prosedur ini terdiri dari formalin untuk membunuh bakteri, alkohol untuk mengeringkan tubuh, gliserin untuk mencegahnya mengering, asam salisilat untuk membunuh jamur, dan garam seng untuk memberikan kekakuan tubuh.

Rosalia Lombardo difoto pada 2012, di katakomba biara Capuchin di Palermo, Sicilia. (Habanero666/Wikimedia Commons)

Sebagian besar mumi yang ditemukan di katakomba diawetkan secara alami. Mumifikasi alami adalah proses transformasi tubuh yang didasarkan pada dehidrasi. Ini adalah proses mengeluarkan cairan yang ada di jaringan untuk menghentikan pertumbuhan bakteri. Sehingga proses pembusukan pun terhenti.

Tak lama setelah kematian, jenazah diletakkan di ruang persiapan yang disebut "colatoio". Di ruang ini organ dalam dikeluarkan; sebagai gantinya ditambahkan jerami atau daun salam, untuk memudahkan proses dehidrasi.

Jenazah itu ditempatkan dalam posisi terlentang di atas kisi-kisi yang terbuat dari tabung terakota. Ini membuat cairan tubuh bisa mengalir keluar dan daging mengering. Colatoio merupakan tempat optimal untuk mumifikasi, dengan udara yang lebih kering dan kelembapan yang sangat rendah.

Setelah jenazah diekspos ke udara, dibilas dengan cuka dan didandani, seringkali dengan pakaian pilihan mereka sendiri. Setelah itu, mumi ditempatkan di koridornya masing-masing.

Baca Juga: Mumi Janin Abad ke-19 Ungkap Prosedur Aborsi Kuno yang Paling Ekstrem

Proyek mumi Palermo dilakukan pada tahun 2007 untuk mempelajari mumi dan membuat profil tentang mumi tersebut. Proyek ini dipimpin oleh antropolog Dario Piombino-Mascali dari Departemen Warisan Budaya dan Identitas Sisilia di Palermo.

Mumi-mumi tersebut diperiksa dengan sinar-X dan CT scan untuk mendapatkan informasi usia dan jenis kelamin. Namun selama ini penelitian dilakukan hanya pada mumi dewasa saja.

Studi komprehensif pertama tentang mumi anak-anak di Katakomba Kapusin dimulai di bulan Desember 2021 oleh Staffordshire University. Dr. Kirsty Squires dan timnya telah diberikan akses eksklusif ke koleksi mumi anak-anak yang selama ini belum pernah dipelajari.

Dr. Squires menjelaskan: “Katakomba Kapusin merupakan salah satu koleksi mumi terpenting di dunia. Namun, hanya ada sedikit bukti dokumenter tentang mumifikasi anak-anak. Selain itu, catatan kematian dari periode tersebut berisi informasi yang terbatas. Studi ini akan memperbaiki kesenjangan pengetahuan ini.”

Biasanya, upacara penguburan dan mumifikasi terutama diperuntukkan bagi orang dewasa. Penelitian ini juga akan menggali informasi mengenai alasan mengapa proses mumifikasi dilakukan pada anak-anak. Satu teori yang mungkin adalah anak-anak ini berasal dari masyarakat kelas atas.

Kondisi kehidupan dan lingkungan tempat tinggal juga dapat diketahui melalui pemeriksaan pada tubuh mumi anak ini. Hasilnya akan dibandingkan dengan atribut biologis jenazah anak yang tidak dimumifikasi. Menurut Dr. Squires, penelitian ini juga merupakan kesempatan untuk mempelajari tentang kehidupan di Sisilia.

Para keluarga akan memberikan sumbangan uang kepada Kapusin untuk merawat katakomba dan mumi. Jika keluarga berhenti memberikan sumbangan, mumi akan dipindahkan dari koridor dan diletakkan di rak.

Biarawan Kapusin ingin mengingatkan orang tentang kematian. Secara historis, ketika salah satu anggota ordo meninggal, mereka akan menyimpan tulangnya dan dipajang. Namun biarawan Kapusin di Palermo melakukannya selangkah lebih maju. Bukan hanya menyimpan tulang, mereka juga mengawetkan tubuh secara keseluruhan.