Kisah Relawan di Kamp Pengungsi Rohingya

By , Rabu, 3 Juni 2015 | 12:30 WIB

Warga Banda Aceh, Fakhrizan Mahyeddin, 23 tahun tak luput ikut membantu para pengungsi. Sejak 22 May lalu, Fakhri berbaur bersama pengungsi di lapangan. Dia bergabung bersama 5 orang rekannya sesama relawan.

Menurutnya, kondisi para pengungsi saat ini sudah mulai membaik. Di antara pengungsi yang sakit, kesehatannya sudah mulai pulih.

Anak-anak, kata Fakhri juga sudah mulai ceria kembali. "Mereka bermain bersama para relawan. Banyak diantara mereka sudah mulai belajar bahasa Aceh," kata dia.

Fakhri mengisahkan, dirinya berkonsentrasi di kamp pengungsi Bayeun di Aceh Timur.

"Tim relawan membantu membawakan obat-obatan. Kami membeli semua obat-obatan di Kota Langsa. Tak dibawa dari Banda Aceh karena alasan transportasi. Untungya banyak pihak terlibat menyumbangkan dana, jadi kami lebih mudah," paparnya.

Interaksi di kamp pengungsi Rohingya di Bayeun di Aceh Timur. (Fakhri Mahyeddin)

Sumbangan, kata Fakhri berasal dari individu dari berbagai daerah. Semua dikonsentrasikan di rekening salah satu relawan dan pelaporan dibuat via on line. Saat ini, total sumbangan yang dia kelola lebih dari 50 juta rupiah dan sebagian besar sudah dibelanjakan.

Di kamp pengungsi Bayeun di Aceh Timur, setidaknya ada 300 orang pengungsi yang harus diselamatkan. Mereka bercampur antara pengugsi dari Rohingya, Myanmar dengan pengungsi ekonomi dari Bangladesh.

Fakhri terlibat membersihkan lokasi pengungsian, terutama fasilitas kamar tidur. Selain itu, dia juga terlibat penuh di dapur umum.

Olahraga pada saat sore hari di kamp pengungsi Rohingya asal Burma. (Fakhri Mahyeddin)

"Kamp pengungsi adalah bekas kantor dari pabrik kertas yang kini sudah tidak beroperasi lagi. Ruang tidur pengungsi terdiri dari empat aula besar," katanya.

Sore hari, lanjut dia, kami melakukan rutinitas olah raga. Pada umumnya, para pengungsi lebih mudah dikoordinir melalui kegiatan seperti ini. Selain itu, olah raga juga membuat para pengungsi menjadi lebih bergairah.

Setelah sarapan, Fakhri terlibat bermain bersama anak-anak. Mereka belajar membaca dan menulis. "Sebagian waktu juga kami gunakan mengajar bahasa Aceh dan bahasa Indonesia. Kami juga sekaligus dapat belajar bahasa Burma," kata Fakhri.