Warga Banda Aceh, Fakhrizan Mahyeddin, 23 tahun tak luput ikut membantu para pengungsi. Sejak 22 May lalu, Fakhri berbaur bersama pengungsi di lapangan. Dia bergabung bersama 5 orang rekannya sesama relawan.
Menurutnya, kondisi para pengungsi saat ini sudah mulai membaik. Di antara pengungsi yang sakit, kesehatannya sudah mulai pulih.
Anak-anak, kata Fakhri juga sudah mulai ceria kembali. "Mereka bermain bersama para relawan. Banyak diantara mereka sudah mulai belajar bahasa Aceh," kata dia.
Fakhri mengisahkan, dirinya berkonsentrasi di kamp pengungsi Bayeun di Aceh Timur.
"Tim relawan membantu membawakan obat-obatan. Kami membeli semua obat-obatan di Kota Langsa. Tak dibawa dari Banda Aceh karena alasan transportasi. Untungya banyak pihak terlibat menyumbangkan dana, jadi kami lebih mudah," paparnya.
Sumbangan, kata Fakhri berasal dari individu dari berbagai daerah. Semua dikonsentrasikan di rekening salah satu relawan dan pelaporan dibuat via on line. Saat ini, total sumbangan yang dia kelola lebih dari 50 juta rupiah dan sebagian besar sudah dibelanjakan.
Di kamp pengungsi Bayeun di Aceh Timur, setidaknya ada 300 orang pengungsi yang harus diselamatkan. Mereka bercampur antara pengugsi dari Rohingya, Myanmar dengan pengungsi ekonomi dari Bangladesh.
Fakhri terlibat membersihkan lokasi pengungsian, terutama fasilitas kamar tidur. Selain itu, dia juga terlibat penuh di dapur umum.
"Kamp pengungsi adalah bekas kantor dari pabrik kertas yang kini sudah tidak beroperasi lagi. Ruang tidur pengungsi terdiri dari empat aula besar," katanya.
Sore hari, lanjut dia, kami melakukan rutinitas olah raga. Pada umumnya, para pengungsi lebih mudah dikoordinir melalui kegiatan seperti ini. Selain itu, olah raga juga membuat para pengungsi menjadi lebih bergairah.
Setelah sarapan, Fakhri terlibat bermain bersama anak-anak. Mereka belajar membaca dan menulis. "Sebagian waktu juga kami gunakan mengajar bahasa Aceh dan bahasa Indonesia. Kami juga sekaligus dapat belajar bahasa Burma," kata Fakhri.
Interaksi dengan pengugsi, lanjut Fakhri, terasa lebih gampang apa lagi dengan anak-anak. Mereka senang difoto. Banyak diantara mereka yang belum pernah difoto sebelumnya. Sementara orang dewasa, Fakhri mencari pengungsi yang sedikit bisa berbahasa Inggris maupun yang bisa bahasa Melayu.
Fakhri dan tim relawan membiasakan berinteraksi dengan para pengungsi menggunakan bahasa Inggris. "Ini akan memudahkan mereka jika suatu saat nanti mereka harus keluar dari Indonesia," imbuhnya.
Selain kamp pengungsi Bayeun di Aceh Timur, Fakhri juga mengantarkan bantuan ke kamp Kuala Langsa di Kota Langsa dan Kamp Kuala Cangkoy di Aceh Utara. Di kamp-kamp ini, Fakhri mengantarkan bantuan makanan, obat-obatan serta keperluan perempuan. Di kedua kamp ini, lanjutnya, terdapat sekitar 730 pengungsi.
"Kami harus kembali ke Banda Aceh setelah 10 hari di lapangan. Bantuan banyak menumpuk di Posko," kata Fakhri.
Tim relawan akan kembali lagi ke lapangan saat bulan puasa dan lebaran nanti. Ini adalah waktu yang penting untuk para pengungsi. Biasanya, tak banyak aparat pemerintah maupun relawan lain yang turut ke lapangan pada masa-masa itu.
"Jadi kami pikir, sebaiknya dukungan yang kami terima disimpan dulu untuk kebutuhan bulan puasa dan lebaran," imbuhnya.