Dari 39% sampah plastik Indonesia yang sudah terkumpul dan terkelola itu, 21%-nya dikumpulkan melalu pengumpulan formal seperti dari pemerintah-pemerintah daerah. Sisanya, 18%, dikumpulkan secara informal oleh para pemulung dan pengepul sampah dan kemudian sampah-sampah itu berakhir di tempat pengolahan atau pendaurulangan.
Triyono juga mengungkapkan mayoritas pengumpulan sampah plastik itu ada di kota-kota besar di Pulau Jawa karena pemerintah daerah setempat masing-masing memiliki dana dan program untuk pengumpulan sampah secara rutin dari tempat-tempat sampah rumah tangga. Namun pengumpulan sampah masih jarang terjadi di kota-kota atau desa-desa terpencil di luar Jawa.
Oleh karena itulah Coca Cola Foundation dan Ancora Foundation memilih Makassar dan Lombok, yang notabene di luar Jawa, untuk jadi daerah fokus pada program Plastic Reborn 3.0 ini. Mereka berharap program kemitraan ini bisa memperkuat ekosistem pengumpulan sampah melalui pemberdayaan pengumpul sampah informal karena pengumpulan sampah masih menjadi tantang untuk target pengelolaan sampah plastik di Indonesia.
Baca Juga: Delapan Juta Ton Sampah Plastik Mencemari Lautan Selama Pagebluk
Plastic Reborn sendiri diluncurkan pada bulan Maret 2017 sebagai program kolaborasi yang diinisiasi oleh Coca-Cola Foundation Indonesia dan Ancora Foundation untuk mendorong terbangunnya ekosistem daur ulang ekonomi sirkular di Indonesia. Plastic Reborn 3.0 berupaya memberdayakan dan meningkatkan taraf hidup dari para pekerja sampah, yaitu pemulung dan pengepul di wilayah pesisir Indonesia yang meliputi Lombok dan Makassar, melalui pemanfaatan teknologi seperti aplikasi pengumpulan sampah yang memungkinkan para pengumpul sampah untuk melakukan pencatatan, pelacakan, dan pemantauan data daur ulang sehingga dapat meningkatkan kapasitas pengumpulan sampah plastik dari para pekerja sektor informal.
"Melalui inisiatif Plastic Reborn 3.0, para pemulung dan pengepul mendapatkan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas lewat penggunaan teknologi yang mampu mengoptimalkan kinerja pengumpul sampah, serta menerima berbagai program pengembangan masyarakat. Program ini juga mendorong terbentuknya sistem persampahan dan pendaurulangan yang efisien, khususnya agar wilayah pesisir Lombok dan Makassar dapat terhubung dengan infrastruktur daur ulang yang dibutuhkan," kata Triyono.
Direktur Eksekutif Ancora Foundation, Ahmad Zakky Habibie, mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi dan pemberdayaan sektor masyarakat informal merupakan dua komponen utama yang dibutuhkan untuk memperkuat ekosistem ekonomi sirkular di Indonesia. "Hal yang cukup penting adalah bagaimana membuka jalan agar mereka (para pemulung dan pengepul sampah) dapat terhubung dengan infrastruktur daur ulang di daerah mereka masing-masing," tuturnya.
Baca Juga: Mikroba dari Perut Sapi Bisa Bantu Daur Ulang Sampah Plastik