Kisah Sabrina Branwood, Penderita Fobia Berbicara

By , Jumat, 17 Juli 2015 | 08:00 WIB

Kebisuan selektif – lebih jelas digambarkan sebagai “fobia berbicara” - adalah gangguan kecemasan yang mempengaruhi ribuan anak-anak. Tetapi orang dewasa dengan kondisi seperti itu masih terlupakan. Seperti apakah mereka?

"Saya selalu mudah berbicara dengan nenek saya, tapi ketika dia mengalami stroke, saya menjadi begitu gelisah hingga berhenti berbicara dengannya."

Sabrina Branwood, dari Rochdale, Inggris, telah menderita kebisuan selektif sejak kecil - gangguan kecemasan yang mencegahnya berbicara dalam situasi sosial tertentu dan kepada orang-orang tertentu.

Kondisi ini - bahkan di masa dewasa - membuatnya kehilangan kemampuan berbicara dengan salah-seorang anggota keluarga terdekatnya, sesuatu yang sangat disesalinya.

Sebelum neneknya meninggal, dia tidak mampu mengatakan secara langsung betapa dia mencintainya.

Sabrina bergantung pada keluarga dan sebuah aplikasi tablet untuk berkomunikasi.

'Saya ingin bicara, tapi sulit'

Lembaga kesehatan nasional (NHS) menjelaskan kebisuan selektif sebagai gangguan pada anak-anak, namun Sabrina kini berusia 35 tahun.

“Ketika saya ditanya sesuatu, saya menjadi cemas dan membuat saya susah berpikir,” jelasnya melalui aplikasi yang digunakannya.

“Saya tidak diam bukan karena tidak mau berbicara. Saya ingin berbicara bebas, tapi sangat sukar dan rumit.

“Memiliki gangguan kebisuan selektif bisa terasa seperti Anda hidup dalam sebuah kotak. Kotak itu tembus pandang, jadi Anda bisa melihat keluar dan mendengar orang lain, namun Anda tidak bisa keluar walaupun sudah mencoba sekeras mungkin.

“Anda bisa berteriak dari dalam kotak itu namun tidak ada yang mendengar. Mereka tidak bisa mendengar Anda menangis karena sakit atau takut,” tambahnya.!break!

Dianggap keras kepala

Sabrina, kanan, menggunakan aplikasi tablet untuk berkomunikasi. (BBC Indonesia)

Komunikasi khususnya sangat sulit bagi Sabrina tatkala orang-orang disekitarnya tidak sabar dan tidak pengertian, menganggap dirinya keras kepala atau kasar.

Namun bahkan berbicara dengan keluarga dan adik-adiknya dapat begitu sulit ketika Sabrina cemas atau marah.

Dalam beberapa kesempatan, ketika dia merasa tertekan akibat kehadiran orang-orang lain, dia mengalami serangan panik.