Kisah Sabrina Branwood, Penderita Fobia Berbicara

By , Jumat, 17 Juli 2015 | 08:00 WIB

Ibunya, Dianne, mengatakan kondisi itu susah terlihat di rumah, karena Sabrina tidak bermasalah berkomunikasi dengan keluarga.

“Dia sering main dengan adik-adiknya dan berbicara dengan saya dan ayahnya. Hanya saja kami pikir dia anak yang pemalu dengan orang-orang asing.

“Ini membuat saya merasa gagal menjadi seorang ibu…karena tidak menyadari gejala-gejalanya. Namun saya bahkan tidak pernah mengetahui kondisi ini.”!break!

Dianggap pemalu

Salah penafsiran kebisuan selektif sebagai sifat pemalu adalah kesalahan yang sering dilakukan, menurut Wintgens, walaupun secara psikologis ada perbedaan tidak sedikit diantara keduanya.

Dia menjelaskan orang pemalu biasanya “berkenalan dengan lambat”, namun akhirnya bisa ikut serta dalam perbincangan dan situasi.

Namun mereka dengan kebisuan selektif “memiliki pola yang konsisten dan bisa diprediksi, tidak mungkin berbicara dengan orang-orang yang sama dalam situasi yang sama”.

Bila tidak dirawat, menurut Carl Sutton, penemu kelompok dukungan iSpeak, “gangguan kecemasan lainnya – seperti agoraphobia – sangat mungkin terjadi pada saat dewasa.”

Depresi, tambahnya, hampir menjadi fenomena universal, dan anak-anak muda bisa berhasil mengatasi kesulitan mereka, banyak orang lain terpaksa mendekam di rumah.

Perawatan psikolog ditolak

Hingga 2011, Sabrina menerima perawatan psikolog selama tiga tahun. Namun setelah kasusnya ditinjau ulang oleh penyedia layanan, dia dinyatakan harus berhenti dan semua permohonan setelah itu ditolak.

Sejak itu, perawatan yang ditawarkan kepadanya adalah terapi jangka pendek.

Ibunya mengatakan prospek Sabrina mendapatkan pekerjaan saat ini “sangat tidak mungkin”, walaupun Sabrina masih hidup sendiri di rumahnya.

Sabrina Branwood bermain bersama keponakannya, Theo (BBC Indonesia)

“Dia pernah melakukan pekerjaan relawan dengan lembaga amal Mind, namun susah baginya untuk mulai masuk ke pekerjaan seperti itu. Setelah dia masuk, dia mulai menikmatinya."

“Memang susah, namun dia menjadi dekat dengan orang-orang lain. Dia selalu tampak SMS-an dan mengirimkan surel ke rekan-rekan kerjanya.”

Penelitian Sutton – yang mempelajari 83 orang yang pernah atau masih mengalami kebisuan selektif semasa dewasa – mengusulkan “titik balik” rata-rata untuk mengatasi kondisi ini terjadi pada usia 22 tahun.

Namun meskipun Sabrina sudah melewati umur tersebut, dia masih memegang harapan untuk pulih.

“Saya ingin bekerja dengan penderita lain,” jelasnya. Dia saat ini sedang mempelajari psikologi di Open University.