Oei Tiong Ham, Sang Raja Candu Terakhir

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 28 Juli 2015 | 12:45 WIB
Seorang pemadat tengah berbaring dan menikmati isapan pipa candunya, awal abad ke-20. (Tropenmuseum/Wikimedia)

Peranti para pecandu yang kerap tersedia di rumah-rumah candu pecinan Nusantara. (Wikiemdia Commons)
 

Kira-kira keuntungan bersih Oei dalam bisnis candu selama 13 tahun itu sejumlah Rp1,2 triliun, atau sekitar Rp92 milyar setiap tahunnya!

Oei memang merupakan pakter candu terakhir di Semarang. Kendati hanya menjadi pakter kawasan Semarang, Surakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, setidaknya sejak 1890 hingga 1903 telah mendapat keuntungan bersih ƒ18.000.000.

Berapa besar jumlah keuntungan itu dalam rupiah saat ini? Kalau dihitung-hitung, 1 gram emas ketika itu harganya sekitar ƒ7. Dengan kata lain, uang sebanyak itu bisa dibelanjakan untuk membeli 2,5 ton emas. Jika 1 gram emas saat ini seharga Rp473.000, asumsi harga emas tak banyak berubah, kira-kira keuntungan bersih Oei dalam bisnis candu selama 13 tahun itu sejumlah Rp1,2 triliun, atau sekitar Rp92 milyar setiap tahunnya!

Sejak 1890, Oei Tiong Ham menjabat sebagai mayor tituler di kota kelahirannya selama 13 tahun. Salah satu warisannya yang masih tampak megah hingga kini adalah sebuah kediaman bergaya indis dengan beranda berpilar yang bertempat di bilangan Gergaji, Semarang. Jumlah kamar di kediamannya mencapai 16-18 kamar! Tampaknya dia memiliki pribadi yang revolusioner. Oei menjadi orang Cina pertama yang terlihat berbusana ala Eropa di Semarang, sekaligus orang Cina pertama yang memotong taucangnya.

Sejak 1863, ayahnya merintis usaha bernama Kian Gwan, yang kelak menjadi lahan subur bisnis sang anak. Oei Tiong Ham mendirikan bisnis konglomerasi Oei Tiong Ham Concern dengan bisnis utamanya adalah gula tebu, yang mulai melesat pada 1890-an. Sebelum Perang Dunia Kedua, induk bisnis keluarga Oei ini merupakan perusahaan konglomerasi pertama dan terbesar di Asia Tenggara.

Dia juga pemilik NV Handel Maatschappij Kian Gwan, sebuah perusahaan perdagangan gula internasional. Serta, NV Algemeene Maatschappij tot Exploitatie der Oie Tiong Ham Suikerfabrieken yang mengelola lima perkebunan dan penggilingan tebu di Jawa: Pakis, Rejoagung, Krebet, Tanggulangin, dan Ponen. Semuanya diraih sebelum usianya mencapai 30 tahun.