Oei Tiong Ham, Sang Raja Candu Terakhir

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 28 Juli 2015 | 12:45 WIB
Seorang pemadat tengah berbaring dan menikmati isapan pipa candunya, awal abad ke-20. (Tropenmuseum/Wikimedia)

Peranti para pecandu yang kerap tersedia di rumah-rumah candu pecinan Nusantara. (Wikiemdia Commons)
 

Kira-kira keuntungan bersih Oei dalam bisnis candu selama 13 tahun itu sejumlah Rp1,2 triliun, atau sekitar Rp92 milyar setiap tahunnya!

Kendati dia tak fasih bahasa Belanda dan Inggris, tampaknya Oie Tiong Ham menjadi orang terkaya di Hindia Belanda.

“Setelah enam sedotan dia menjadi seonggok tulang yang memelas," tulis Oei Hui Lan. "Kaki dan tangannya menjadi dingin, kulit kisutnya menjadi mengerut, matanya terbuka tetapi tak melihat.”

 

Opium-regie, pada 1904 pemerintah Hindia Belanda mencabut pachter candu. (Tropenmuseum)

“Oei Tiong Ham weg hilang sekitar 1950-an,” ungkap Yogi Fajri, “lalu berganti menjadi Jalan Pahlawan.”

Oei Tiong Ham weg di kawasan Nieuw-Tjandi, Semarang. (KITLV/ Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde)
 

Permafrost Arktik Meleleh, Jutaan Galon Merkuri Bisa Lepas ke Lautan

Liem Thian Joe mengungkapkan saudagar-saudagar Cina di Singapura yang punya kebiasaan menghisap candu. “Sesudah selesai membicarakan urusan dagang, mereka bersama-sama menghisap candu,” tulisnya. “Yang paling buruk dari kebiasaan itu adalah orang Tionghoa itu tidak sadar bahwa madat itu adalah racun."