Setiap kader harus dapat menulis di surat kabar dan berbicara di depan rapat. Karena itu diadakan debating-dub dan surat kabar yang dipimpin oleh Bung Karno seperti Suluh Indonesia Muda, Persatuan Indonesia, dan Pikiran Rakyat.
Kata Pak Maskun, "Saya masih ingat, pada suatu hari kami harus mengoreksi drukproef (cetakan percobaan – Red.) sampai pukul dua siang di rumah Bung Karno. Kami makan siang sambil mengoreksi. Ambil nasi dan lauk dari almari sendiri-sendiri, termasuk Bung Karno."
Makanannya sederhana. Kegemaran Bung Karno menurut Pak Maskun, pecel kangkung, pepetek (ikan asin kecil-kecil), kecap, dan tempe. Rumah Bung Karno menjadi semacam asrama gratis. Malah kalau gambar-gambar arsitekturnya laku, rekan dan murid-muridnya dibagi uang.
Bung Karno sendiri tidak senang pegang uang. Dari dulu dia tak pernah punya dompet. Kalau naik sado misalnya, bayarnya setibanya di rumah, minta uang di rumah. Ki Hajar Dewantara pun berkebiasaan serupa itu.
Sejak 1928 pemuda Maskun tinggal serumah dengan Bung Karno sampai penangkapan mereka yang kedua kalinya pada 1933. Kegemaran Bung Karno selain urusan organisasi adalah membaca. Adakalanya sehabis kursus kader, mereka lalu berjalan-jalan atau pergi nonton bioskop.
Bintang film kegemaran Bung Karno waktu itu Anita Bage. Sekalipun seorang insinyur, kalau nonton tidak di kelas utama, tetapi selalu di depan. Setiap hari Minggu, apabila tak ada urusan organisasi, mereka turun ke desa, berbicara dengan bapak-bapak tani. Sejak itu, dialog dengan rakyat sebagai school of life (sekolah kehidupan nyata – Red.).
Sekalipun kursus kader diselenggarakan di rumah, Bung Karno selalu berpakaian rapi. Sarung batik, jas, dasi, dan ped. Pakaiannya sederhana, adakalanya ada tisikannya, tetapi potongannya tetap rapi, bersih. Istilah Pak Maskun "accuraat en neces". Kalau ada seorang kader yang jorok sepatunya, segera diambilkan semir oleh Bung Karno.
Sebagai Ketua Hoofdbestuur (Pengurus Besar) PNI, Bung Karno mendapat tunjangan f75 setiap bulan. Komentar Pak Maskun, "Itu teorinya. Dalam praktik, saya lebih geregeld (teratur –Red.) menerima tunjangan saya f25 sebulan dari Bung Karno. Sebab saya terima dari pusat."
Kecuali para rekan seperjuangan, yang juga banyak memberi bantuan materi kepada perjuangan Bung Karno adalah kakak perempuannya, Nyonya Wardoyo yang tinggal di Blitar.
!break!Sipir terpikat Bung Karno
Pada 26 Desember 1929 kria-kira pukul 05.00, Bung Karno, Ibu Inggit, Maskun Gatot Mangkupradja, dan Mang Ojib berangkat ke Solo dengan taksi Chevrolet. Kunjungan ke Solo ini untuk menghadiri musyawarah Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dan meninjau cabang-cabang PNI. Dari Solo rombongan Bung Karno terus ke Yogya, bermalam di rumah Mr. Sujudi di Jalan Tugu Kidul.
Pada 28 Desember 1929 malam Bung Karno dan rombongan menghadiri rapat PNI cabang Yogya di rumah seorang bangsawan. Pulang sudah lewat tengah malam. Belum lagi lelap tidur, sekitar pukul 05.00 pintu rumah Sujudi sudah digedor. Seorang komisaris polisi Belanda membentak-bentak sambil menodongkan pistol, memerintahkan Bung Karno dan kawan-kawannya keluar.