Ketika Bom Telah Mengubah Segalanya...

By , Senin, 10 Agustus 2015 | 12:00 WIB

Jika ada sesuatu yang menjadi kunci dalam perubahan imajinasi kita tentang awan jamur—yaitu foto dalam sampul album The Atomic Count Basie pada 1958, sebuah mimpi buruk sebagai warga Amerika—ikon asli—seperti Marilyn atau botol Coca-Cola.

Bom telah menginspirasi gerakan seni seperti seni auto-destruktif dari Gustav Metzger, yang menggunakan asam untuk merusak dalam aksinya ketika berkarya.

Seniman lain Jackson Pollock dan Tony Price juga menyentuh masalah nuklir dan era bom dalam karyanya.

!break!

Ketakutan berubah jadi fantasi

Pada tahun 1970an, film-film yang menggambarkan tentang bom atom masih muncul yang dianggap gagal yaitu Beneath The Planet of the Apes (1970) yang menceritakan tentang astronot Nasa yang mencari mutan yang selamat.

Tetapi pada kurun waktu 1970an dan 80an optimisme yang berasal dari era 50an telah hilang. Ketakutan akan insiden nuklir muncul dalam masa konspirasi pasca-Watergate dalam The China Syndrome (1979)—yang dirilis 12 hari sebelum Three Mile Island—dan Silkwood (1983).

Bagaimana dengan musik pop? Sangat sulit bagi para remaja untuk mengapreasi kekuatan yang mengganggu dalam video pop Blondie berjudul Atomic (1979), yang menampilkan sebuah dunia mutan yang terekspos menari usai perang nuklir.

Ada juga film yang menampilkan drama realis mengenai bagaimana perang dapat terjadi; Threads (1984) di Inggris dan The Day After (1983) di AS. Bahkan film remaja Matthew Broderick, War Games (1985).

Pada 1994, kita meyaksikan bagaimana ketakutan terhadap bom telah menurun. Empat tahun setelah kejatuhan Uni Soviet, James Cameron memperlihatkan sebuah ledakan nuklir sebagai latar belakang film True Lies ketika adegan ciuman Arnold Schwarzenegger dan Jamie Lee Curtis. Film tentang pejahat dengan bom atom telah menjadi cerita fiksi semata ( Mickey Spillane dalam Me Deadly dan Goldfinger, dan Spy ), dan mungkin yang menjadi teror terbesar yaitu kita telah lupa untuk menjadi takut.