Saat Kebiri Jadi Alat untuk Mendapatkan Posisi Kasim di Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 27 November 2021 | 15:00 WIB
Meski tidak bisa menjadi kaisar, kasim memiliki kekuatan untuk menjatuhkan sebuah dinasti. (Tang-era tomb artist - Paludan, Ann)

Nationalgeographic.co.id - Penggunaan kasim atau sida-sida dimulai di Sumeria sejak abad ke-21 SM. Saat itu, pengebirian dilakukan dengan sengaja untuk menghasilkan kasim. Penggunaannya pun makin meluas hingga ke Tiongkok, terutama di Kota Terlarang.

Kota Terlarang merupakan kompleks istana kekaisaran dan kediaman Kaisar Tiongkok beserta anggota rumah tangganya. Istana ini digunakan selama periode Dinasti Ming dan Dinasti Qing, antara tahun 1420 sampai 1924.

Tempat ini juga menjadi pusat pemerintahan Tiongkok hampir selama lima abad. Kota Terlarang dibagi menjadi dua bagian yaitu Istana Dalam dan Istana Luar. Istana Dalam merupakan wilayah pribadi kaisar, di mana tidak ada pria lain yang diizinkan untuk berlama-lama.

Pejabat, personel militer, dan bahkan kerabat laki-laki kaisar wajib meninggalkan Istana Dalam pada malam hari. Satu-satunya pria yang diizinkan untuk tinggal di Istana Dalam adalah mereka yang telah dibuat impoten secara seksual melalui pengebirian. Mereka adalah para kasim.

Tradisi kebiri dan kasim di Tiongkok kuno sudah dilakukan sebelum pembangunan Kota Terlarang di abad ke-15. Di sana, kebiri merupakan salah satu dari Lima Hukuman. Lainnya adalah tato, pemotongan hidung, amputasi kaki, dan hukuman mati.

Baca Juga: Tradisi Mengikat Kaki yang Menimbulkan Dilema bagi Perempuan Tiongkok

Lambat laun kebiri menjadi sarana untuk mendapatkan pekerjaan di kekaisaran. Sejak Dinasti Han, kasim menjalankan urusan sehari-hari di istana Kekaisaran. Karena tugasnya, kasim memiliki hubungan yang dekat dengan kaisar. Sehingga kasim berpotensi memberikan pengaruh yang cukup besar pada kaisar.

Kasim juga dapat mengumpulkan sejumlah besar kekuatan politik yang bermanfaat. Namun dinasti yang berkuasa tidak menganggapnya sebagai ancaman serius. Ini karena kasim tidak dapat memiliki anak sendiri dan mewariskan kekuasaan pada keturunannya. Kaisar Tiongkok yang kuat terkadang memiliki ribuan selir di dalam Kota Terlarang. Selain oleh kaisar sendiri, para selir ini tidak akan dihamili oleh siapa pun.

Meski kasim tidak dianggap sebagai ancaman potensial untuk menggantikan kaisar, mereka sepenuhnya mampu menjatuhkan dinasti yang berkuasa.

Kekuatan besar yang dimiliki beberapa kasim dapat merusak, mengubahnya menjadi individu yang rakus, kejam, dan licik.

Dalam drama dan film Tiongkok tentang istana kekaisaran, kasim sering kali berperan sebagai karakter jahat. Banyak contoh kasim jahat dapat ditemukan dalam sejarah Tiongkok. Jatuhnya dinasti Qin, misalnya, dapat dikaitkan dengan kasim Zhao Gao.

Menurut catatan sejarah, Zhao Gao milik keluarga penguasa negara bagian Zhao, salah satu dari tujuh negara bagian selama Periode Berperang. Ketika orang tua Zhao Gao melakukan kejahatan, mereka dihukum, dan saudara-saudaranya dikebiri. Secara tradisional dianggap bahwa hukuman yang sama dijatuhkan kepada Zhao Gao.

Baca Juga: Pakaian Pemakaman Giok Lambang Keabadian Digunakan oleh Bangsawan Han

Zhao Gao datang untuk melayani Qin Shi Huang karena dia adalah seorang ahli hukum. Ini memungkinkan Zhao Gao naik pangkat dan menjadi salah satu penasihat terdekat kaisar. Setelah kematian Qin Shi Huang, Zhao Gao dan Perdana Menteri atau Kanselir, Li Si, mengatur kudeta. Mereka merekayasa kematian pewaris, Fusu, serta dua pendukungnya, Meng Tian dan Meng Yi.

Selanjutnya, putra bungsu Qin Shi Huang, Huhai, diangkat sebagai kaisar boneka. Tiga tahun kemudian, sebuah pemberontakan pecah, dan Zhao Gao memaksa Huhai untuk bunuh diri. Ini dilakukannya karena takut kaisar akan menganggapnya bertanggung jawab atas pemberontakan tersebut. Zhao Gao kemudian mengangkat Ziying (baik putra Fusu, atau paman Fusu) sebagai kaisar baru.

Terlepas dari reputasi terkenal yang diperoleh para kasim Tiongkok sepanjang sejarah, tidak semua kasim jahat. Beberapa bahkan memberikan kontribusi besar terhadap budaya Tiongkok. Kertas, salah satu dari Empat Penemuan Besar, ditemukan selama dinasti Han Timur oleh seorang kasim bernama Cai Lun.

Cheng Ho adalah seorang kasim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424). (Hassan Saeed)

Selanjutnya, Zheng He, yang adalah seorang kasim yang melayani di bawah kaisar Ming Yongle. Ia memimpin armada perdagangan kaisar dalam perjalanan ke Asia Tenggara, India, Arab, Persia, dan Afrika Timur. Ia berjasa menghubungkan Tiongkok dengan negara lain melalui perdagangan. Zheng He atau Cheng Ho kemudian menjadi laksamana muslim yang berpengaruh di Indonesia. Diyakini, ia turut menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Selain itu, kasim dikatakan telah memberikan kontribusi pada musik istana Tiongkok. Para kasim pada masa Dinasti Ming tercatat sebagai orang Tiongkok pertama yang memainkan musik Klasik Barat, sementara kaisar Qianlong dari dinasti Qing membentuk orkestra kamar yang terdiri dari para kasim yang mengenakan setelan dan wig Eropa.