Film Dokumenter Pertama Gesang Sang Maestro Keroncong

By , Kamis, 22 Oktober 2015 | 12:00 WIB

Marselli juga terlibat dalam berbagai kegiatan perfilman nasional, antara lain dalam penjurian Festival Film Indonesia (1984, 1985, 2004 dan 2005, 2009, 2010), serta pernah meliput sejumlah festival film Internasional, termasuk di Berlin (Jerman), Nantes (Perancis), New Delhi (India), Pusan (Korea Selatan), Manila (Filipina). Di akhir 2006, ia mendapatkan gelar magister seni program S2 Institut Seni Indonesia Surakarta lewat karya film dokumenter 38 menit yang berjudul Sang Budha Bersemayam di Borobudur.!break!

Sekilas Galeri Indonesia Kaya (GIK)

Galeri Indonesia Kaya merupakan ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan Indonesia sebagai wujud komitmen Bakti Budaya Djarum Foundation untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia khususnya generasi muda agar tidak kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia.

Ruang publik yang berlokasi di West Mall Grand Indonesia Shopping Town lantai 8 ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dalam memadukan konsep edukasi dengan digital multimedia untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia, khususnya bagi generasi muda, dengan cara yang menyenangkan, terbuka untuk umum, dan tidak dipungut biaya.

Konsep desain mengangkat ke-khas-an Indonesia dalam kekinian diangkat di dalam interior seperti rotan, motif parang, bunga melati, batok kelapa dan kain batik tulis dari 14 daerah sebagai ornamen. Secara keseluruhan, terdapat 14 aplikasi yang bisa ditemukan di GIK, antara lain: Sapa Indonesia, Video Mapping, Kaca Pintar Indonesia, Jelajah Indonesia, Selaras Pakaian Adat, Melodi Alunan Daerah, Selasar Santai, Ceria Anak Indonesia (Congklak), Layar Telaah Budaya (Surface), Arungi Indonesia, Batik Indonesia, Oculus Rift, Area Peraga, dan Fantasi Tari Indonesia.

Pemutaran film dokumenter Gesang Sang Maestro Keroncong. (Galeri Indonesia Kaya)

Tempat seluas 635 m² ini juga memiliki auditorium yang didukung fasilitas modern sebagai sarana bagi pelaku seni maupun masyarakat umum untuk menampilkan berbagai kesenian Indonesia dan kegiatan lainnya secara gratis, termasuk pengunjung dan penontonnya. Setiap pelaku seni memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan auditorium, baik untuk latihan maupun pertunjukan.

Jumlah pengunjung GIK mulai dari awal tahun 2015 hingga bulan September kemarin mencapai angka 74.723 pengunjung dan 12.270 penikmat seni. Kegiatan yang diadakan di GIK bulan September sebanyak 28 kegiatan yang terdiri dari pertunjukan musik, tari, seni peran, sastra, pameran, shooting/photoshoot, workshop, screening film, dan talkshow. Untuk dapat menggunakan semua fasilitas tersebut, masyarakat hanya perlu mengirimkan proposal program dan kegiatan kepada tim GIK. Proses kurasi serta pengaturan jadwal pementasan dan promosi ditangani langsung oleh tim internal untuk kemudian dipilihlah program-program yang sesuai dengan konsep GIK.

Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.