Ditemukan! Gunung Api Es di Permukaan Pluto

By , Jumat, 13 November 2015 | 16:00 WIB

Satelit-satelit kecil Pluto lainnya yakni, Nix, Hydra, Styx, dan Kerberos punya keunikannya sendiri.  Salah satunya pada gerakannya yang diduga dipengaruhi oleh keberadaan Charon.

Gabungan beberapa satelit kecil membentuk Kerberos dan Hydra. (NASA/Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory/Southwest Research Institute)

Apa saja keanehannya? Satelit-satelit kecil ini tidak terkunci secara gravitasi dengan Pluto dan ketika mengorbit mereka tampak seperti sedang berguling-guling. Satelit-satelit Pluto tersebut berputar sangat cepat. Hydra, satelit terjauh Pluto, berputar 89 kali ketika ia menyelesaikan satu putarannya pada Pluto.

Diduga, keempat satelit tersebut terbentuk bersamaan dengan pembentukan Charon lewat tabrakan besar yang terjadi di masa lalu. Tabrakan yang sama yang juga membentuk Pluto. Ketika tabrakan terjadi, diperkirakan Pluto tidak hanya memiliki Charon dan 4 satelit lainnya melainkan lebih dari itu. Satelit-satelit kecil inilah yang kemudian bergabung membentuk keempat satelit yang kita kenal saat ini dan juga satu satelit lainnya yang sudah lepas dari sistem Pluto. Setelah tabrakan pertama yang membentuk sistem Pluto, tabrakan kedua tampaknya menjadi penyebab Hydra memiliki laju rotasi yang sangat cepat. Selain itu, kuatnya torsi yang diberikan oleh Charon pada satelit-satelit kecil lainnya menyebabkan mereka tidak terkunci secara gravitasi dengan Pluto.

Atmosfer Pluto yang Dingin

Pluto memiliki atmosfer, itu sudah kita ketahui. Dan atmosfer tersebut sangat tipis dan juga dingin. Berbeda dari atmosfer Bumi. Kemiripan dengan atmosfer Bumi berhenti pada kandungan Nitrogen yang dimiliki atmosfer Bumi dan Pluto.

Di Pluto, gaya tariknya (0,658 m/s2) jauh lebih rendah dari Bumi (9,8 m/s2).  Dengan demikian, seharusnya atmosfer di Pluto lebih tersebar dan lebih gampang terlepas dari planet kerdil ini. Apalagi kecepatan lepas atmosferik di Pluto juga sangat rendah. Ribuan kali lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya.  Tapi faktanya tidak demikian. Atmosfer yang lepas dari Pluto justru jauh lebih rendah dari yang diduga sebelumnya.