Kapal Karam Posso
Situs kapal karam Posso diperkirakan tenggelam pada 1970 karena bertabrakan dengan kapal Berdikari yang datang dari arah Pulau Panggang. Kedua kapal ini tenggelam di perairan Karanc Congkak.
Kapal KM Posso dahulu ialah kapal Belanda yang digunakan sebagai kargo pengangkut semen. Diperkirakan kapal ini adalah kapal dagang Belanda, sehingga kategorinya termasuk sejarah maritim dunia yang dapat memberikan pengetahuan tentang sejarah bahari di perairan Kepulauan Seribu. Strukturnya masih utuh dan kondisi ekologi perairannya ideal sebagai ekowisata bahari. Jenis karang hidup dan kondisi kualitas airnya ideal untuk menyelam.
Kapal Karam Papatheo
Bangkai kapal Papatheo memperoleh skor hampir sempurna untuk kondisi air dan kondisi fisik para peneliti. Penilaian ini mengacu pada ekowisata bahari pengembangan taman arkeologi bawah air. Walaupun dari sejarah dan pendidikannya kurang begitu baik. Kapal itu karam setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya 1980. Kondisi morfologi dasar lautnya baik dengan substrat sedimen berpasir yang mendukung visibilitas untuk menyelam di situs kapal karam. Papatheo memiliki tutupan karang di atas 50 persen dan 36 jenis terumbu karang hidup menutupinya.
Papatheo masih utuh strukturnya, tetapi telah rusak menjadi tiga bagian. "Ini akan menjadi atraksi yang menarik dan petualangan untuk advance divers," tulis penelitian ini. Menurut isu regional kelautan, kapal karam Papatheo terletak di zona khusus Taman Nasional Kepulauan Seribu. "Ini adalah kesempatan untuk pengembangan kapal karam Papatheo menjadi ekowisata bahari dengan pengelolaan terpadu."
Situs kapal karam memiliki nilai sejarah dan budaya bahari dari masa lalu. Ini adalah manfaat yang besar bagi daya tarik wisata edukasi dan wisata selam. Saat ini di luar negeri, situs kapal karam kuno yang tergabung dalam Suaka Laut Florida Keys dan American Samoa Sanctuary telah menjadi salah satu tren wisata selam dengan memberikan pendapatan hingga 8 miliar rupiah per tahun. Juga telah mendukung lebih dari 1.400 lapangan pekerjaan bagi pesisir masyarakat di wilayah tersebut.
Sementara itu, di perairan Indonesia banyak daerah yang berpotensi menjadi lokasi kapal karam bersejarah. Ada 463 lokasi dan baru sekitar 10 persen diantaranya telah dilakukan penelitian eksplorasi dan model manajemen.
Baca Juga: Nasib Kapal-Kapal Kuno yang Tenggelam di Jalur Rempah Nusantara