Ada bukti yang menunjukkan bahwa bencana letusan gunung berapi adalah biang keladinya, tidak hanya di inti es dari Antarktika dan lingkaran pohon dari Greenland, tetapi juga efek dari peristiwa vulkanik kemudian.
"Efek gejala vulkanis yang juga menyebabkan pendinginan global jangka pendek, juga berakibat pada wabah kelaparan yang menghancurkan," kisahnya.
Pada tahun 2018, analisis inti es yang sangat rinci dari gletser Colle Gnifetti di perbatasan antara Swiss dan Italia, menghasilkan informasi baru tentang abad kesengsaraan di mana dunia sedang dalam kondisi terburuknya.
Inti es adalah sumber arkeologi yang fantastis, karena endapan es permanen terbentuk secara bertahap, melalui hujan salju tahunan. Ini berarti menjelaskan tentang deposit es untuk tahun tertentu dan melihat gejala-gejala apa yang terjadi di atmosfer.
Baca Juga: Peristiwa Geologi Bumi Kita Berulang Seperti Pola Denyut Nadi
"Pada tahun 536 M, abu vulkanik dan puing-puing—disebut tephra—bercampur dengan lapisan es, menunjukkan peristiwa vulkanik besar," sambung Starr.
Inti es Greenland dan Antarktika, menunjukkan bukti letusan kedua pada 540 M, yang akan memperpanjang penderitaan. Kemudian pada tahun 541, Wabah Justinian muncul, dan semuanya berubah dari yang tadinya buruk, menjadi lebih buruk lagi.
Wabah Yustinianus merupakan pandemik yang menyerang Kekaisaran Romawi Timur (Kekaisaran Bizantium), termasuk ibu kotanya Konstantinopel, pada tahun 541–542 M.
Menurut penelitian, penyebabnya adalah Yersinia pestis, organisme yang menyebabkan penyakit pes. Pengaruh sosial dan kultural dari wabah ini dapat disamakan dengan peristiwa dari wabah Black Death.