Lereng tenggara Arjuna dengan tinggi 3.339 meter di atas permukaan laut (mdpl) memang memiliki sejumlah situs, baik berupa sumber air, punden, maupun candi. Salah satunya adalah Candi Singosari yang terletak sekitar 7 kilometer dari Polaman.
Kompleks candi peninggalan masa Singosari (abad ke-13 Masehi) yang ada di Kelurahan Candirenggo, Kecamatan Singosari, ini berdekatan dengan sepasang arca Dwarapala raksasa setinggi 3,7 meter.
Tak jauh dari Candi Singosari terdapat sumber air yang diyakini sebagai tempat pemandian Ken Dedes, putri Singosari. Sedikit naik dari Candi Singosari ke arah Arjuna terdapat Candi Sumberawan di Desa Toyomarto yang bentuknya mirip stupa Borobudur di Jawa Tengah. Candi setinggi 5,23 meter yang dikelilingi mata air itu pun ramai dikunjungi wisatawan domestik, terutama anak muda.
Nuryadi, petugas penjaga Sumberawan, mengatakan, candi dari batu andesit yang dibangun pada masa Hayam Wuruk (Majapahit) itu pernah dipugar oleh Belanda pada 1937. Namun, rekonstruksi bagian puncak stupa belum selesai karena batu banyak yang hilang.
”Sebelum rekonstruksi, batu berantakan dan ditumbuhi pepohonan. Karena batu banyak yang hilang, rekonstruksi bagian puncak belum selesai sampai sekarang,” ujarnya.
Kini sumber air di sekitar Candi Sumberawan banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, termasuk instansi dan perusahaan air minum daerah, dengan jumlah pipa 26 buah.
Gunung suci
Peneliti sejarah dan arkeolog dari Universitas Negeri Malang, M Dwi Cahyono, mengatakan, Arjuna yang ada di perbatasan Malang, Batu, dan Pasuruan, menjadi salah satu gunung yang dianggap suci pada masa lalu.
Gunung lainnya, antara lain Lawu, Wilis, Penanggungan, Kelud, Semeru, dan Kawi. Benda-benda purbakala yang ditemukan kebanyakan merupakan peninggalan Majapahit dan Singosari.
Menurut Dwi, jika tahun 1980-an sedikit situs yang ditemukan, dua dasawarsa terakhir cukup banyak situs baru yang ditemukan di kawasan Arjuna,yang sebelumnya tertutup tanah dan tumbuhan.
!break!Temuan terbanyak ada di Blok Tambakwatu yang masuk wilayah Kabupaten Pasuruan, mencapai lebih dari 20 situs.
”Penemuan terjadi secara tak sengaja. Kadang terjadi karena kebakaran lahan, kadang karena tanah longsor. Arjuna ini, kan, dikenal banyak memiliki alang-alang sebagaimana disinggung dalam Prasasti Katinden (1395 M). Alang-alang mudah terbakar saat kemarau. Gara-gara kebakaran terkadang ditemukan situs baru,” ucapnya. Dwi mencontohkan, konsentrasi situs terbanyak yang telah ditemukan ada di Tambakwatu. Di kawasan itu terdapat deretan situs di sepanjang punggung gunung hingga lereng tengah. Wujudnya mulai dari punden sampai arca megalitik yang dibuat pada masa Majapahit akhir. Dwi pun memperkirakan jumlah situs yang tersebar di Arjuna masih banyak dan belum semuanya ditemukan.