Memaknai Gerhana Matahari, yang Kita Lupakan dari Bintang Kita

By , Selasa, 8 Maret 2016 | 15:00 WIB

Bagi beberapa budaya, gerhana bahkan dimaknai sebagai kiamat kecil. Maka, agar kiamat tidak benar-benar terjadi, warga mengusir para penelan surya itu dengan membuat bunyi-bunyi nyaring. Orang-orang di banyak daerah di Indonesia biasanya memukul lesung bertalu-talu hingga matahari muncul kembali.

Kini, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, matahari tak lagi dianggap sebagai dewa. Matahari "hanyalah" salah satu dari jutaan bintang yang ada di alam semesta.

Dia bukan pula yang terbesar, apalagi yang paling terang. Bintang terbesar adalah UY Scuti yang ukurannya 1.708 kali lebih besar dari matahari. Di hadapannya, matahari tampak bagai titik saja. Ada jutaan, bahkan lebih, bintang yang berukuran lebih besar dari matahari.!break!

Maka, sedikit menggelikan bahwa bintang kecil kita itu dulu pernah disembah oleh banyak orang. Dalam budaya Aztec, manusia bahkan dikurbankan untuk dewa matahari, Huitzilochti.

(Lihat: Ini Detail Waktu Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 di 8 Kota Indonesia)

Namun, perkembangan ilmu pengetahuan juga menunjukkan kepada kita betapa istimewanya matahari. Ukuran, jarak, dan jenisnya begitu unik sehingga memungkinkan adanya kehidupan di bumi. Bila ia terlalu besar, terlalu dekat, atau terlalu panas, maka kehidupan akan hangus karenanya.

Sebaliknya, jika matahari kita terlalu jauh dari bumi, atau terlalu kecil dan lebih dingin, maka tidak juga ada kehidupan bertahan. Bisa jadi bumi akan sedingin dan segelap Pluto jika itu terjadi.

Mengapa unik? Sebab, sejauh ini kita belum menemukan kombinasi antara bintang dan planet yang serupa dengan hubungan matahari dan bumi sehingga ada kehidupan di sana.

(Baca juga: Tahap-Tahap Memotret Gerhana Matahari Total)

Mengingat luasnya semesta, banyak ilmuwan menduga ada kehidupan lain selain di bumi ini. Namun, bukti konkretnya belum ada sampai hari ini.

Matahari, tak disangkal, telah "memberi kehidupan" pada makhluk bumi. Selain memberi cahaya dan kehangatan, matahari memungkinkan banyak proses terjadi. Fotosintesis tanaman hanya mungkin terjadi bila ada matahari, dan tanaman adalah sumber pangan bagi hewan dan manusia.

Begitu istimewanya, sampai astronom Galileo Galilei berujar, "Matahari, dengan semua planet yang mengelilingi dan bergantung padanya, tetap bisa membuat sedompol anggur menjadi ranum seakan-akan ia tidak memiliki pekerjaan lain di dunia."