Aksi Soeharto Berbekal Supersemar, dari Bubarkan PKI hingga Kontrol Media

By , Jumat, 11 Maret 2016 | 14:00 WIB

Menurut cerita Asvi, Soebandrio pernah ditahan di Cimahi, tempat di mana Letkol Untung dieksekusi.

Beruntung bagi Soebandrio, dia tidak jadi dieksekusi. Sebab, ada surat dari Presiden Amerika dan Ratu Inggris, Elizabeth, yang protes kepada Soeharto karena Soebandrio pernah jadi Duta Besar Indonesia di Inggris.

!break!

Penangkapan 15 Menteri

Dalam waktu enam hari setelah Soeharto menerima Supersemar, tidak kurang dari 11 petunjuk pelaksanaan Supersemar telah dikeluarkan.

Di antara petunjuk pelaksanaan itu terdapat Instruksi Nomor 1/3/1966 yang ditujukan kepada semua pimpinan organisasi massa dan organisasi politik untuk tidak menerima atau menampung anggota eks PKI.

Pada tanggal 15 Maret 1966, ada upaya Soeharto untuk mengeluarkan Soebandrio, salah satu menteri yang loyal kepada Soekarno dan dituding terlibat G30S, dari kabinet.

Soeharto menyampaikan kepada Soekarno bahwa situasi nasional semakin buruk akibat adanya tuntutan rakyat terhadap perubahan Kabinet Dwikora. Akhirnya, Soekarno pun setuju

(Baca: Tiga Kontroversi di Balik Supersemar 11 Maret 1966)

Setelah itu, tindakan Soeharto yang ingin menghabisi PKI hingga ke akarnya semakin gencar. Pada tanggal 18 Maret 1966, menurut versi Asvi, Soeharto atas nama Soekarno mengeluarkan perintah penahanan sementara terhadap 15 menteri yang setia pada Soekarno.

Adapun menteri yang ditahan itu adalah Oe Cu Tat, Setiadi Reksoprodjo, Sumarjo, Soebandrio, Chairul Saleh, Soerachman, Yusuf Muda Dalam, Armunanto, Sutomo Martiprojo, Astrawinata, Mayjen TNI Achmadi, Moch Achadi, Letkol Inf Imam Syafei, J. Tumakaka,  dan Mayjen TNI Sumarno.

Sedangkan menurut versi buku biografi Soeharto, penahanan tersebut dilakukan karena ada sejumlah demonstran menuntut perombakan kabinet.

Mereka menduga ada beberapa menteri yang terindikasi terlibat peristiwa G30S dan dekat dengan PKI. Mereka juga meminta menteri-menteri tersebut ditangkap dan diserahkan ke Makostrad.

"Mereka ditahan di beberapa tempat, berpindah-pindah. Misalnya di dekat TMII. di situ dulu ada tempat penahanan. Sekarang sudah tidak ada," ujar Asvi.