Foto Eksklusif dari Kegiatan Pemindaian Makam Raja Tut

By , Selasa, 5 April 2016 | 10:00 WIB

Pada Kamis malam, 31 Maret 2016, tim spesialis kembali melakukan serangkaian pemindaian radar di dalam makam Raja Tutankhamun, dalam rangka menyelidiki teori yang menduga adanya ruangan tersembunyi di balik tembok batu gamping. 

Saat berbicara di konferensi pers di luar makam tersebut pada Jumat pagi, Khaled El-Enany, Menteri Urusan Purbakala yang baru diangkat, berkata terus terang, “Kami belum bisa membicarakan hasilnya.” Dia memperkirakan, perlu waktu sekurangnya seminggu untuk menganalisis datanya, yang telah dikirim kepada para pakar di Mesir maupun Amerika Serikat.

Para pejabat lain memperhatikan adanya “beberapa anomali” dalam bacaan data awal, tetapi menganjurkan kehati-hatian dan kajian lebih lanjut, menyebutkan bahwa mereka belum melihat bukti yang mendukung teori itu.

El-Enany mengusulkan diadakan “debat internasional” dan meminta cendekiawan dari seluruh dunia berpartisipasi dalam konferensi tentang Tutankhamun yang akan diselenggarakan bulan Mei di Kairo, dan sang menteri berharap di sana dia akan mendengar beragam pandangan tentang makam itu. “Kami bukan mencari ruangan tersembunyi,” katanya. “Kami mencari kenyataan dan kebenaran.”

Penyelidikan ini dimulai dengan sebuah makalah provokatif, yang diterbitkan Juli lalu oleh Nicholas Reeves, ahli Egiptologi berkebangsaan Inggris, yang berargumen bahwa makam Tutankhamun juga mungkin masih mencakup tempat pemakaman Nefertiti yang hingga kini belum ditemukan. Nefertiti diyakini luas sebagai ibu tiri Tut, dan pada tahun-tahun belakangan dugaan bahwa Nefertiti merupakan firaun yang mendahului Tut sudah semakin diterima.

Namun, para ahli Egiptologi cenderung skeptis bahwa jenazahnya bersemayam di balik tembok makam Tut—sejauh ini belum ada bukti fisik nyata bahwa ada orang tertentu yang menempati ruangan tersembunyi. Namun, dugaan keberadaan ruangan itu sendiri didasari oleh pencitraan berteknologi tinggi. Titik awal teori Reeves adalah serangkaian pemindaian laser yang memetakan tekstur ruangan pemakaman Tut dengan sangat mendetail, mengungkapkan adanya garis-garis lurus yang mungkin menandakan keberadaan lorong dan pintu yang ditutupi plester di tembok utara dan barat.

Pada bulan Maret, Mamdouh Eldamaty, menteri urusan purbakala sebelumnya, menyatakan bahwa dia yakin “90 persen” bahwa ruangan seperti itu ada. Komentarnya didasarkan pada serangkaian pemindaian radar yang dilakukan pada November 2015 oleh Hirokatsu Watanabe, spesialis radar berkebangsaan Jepang, yang juga berkata bahwa dia mendeteksi bukti adanya benda “organik” dan “logam” di balik tembok itu.

Sejak itu, klaim Watanabe telah dikritik oleh sejumlah pakar radar maupun ahli Egiptologi. “Radar itu tidak ilmiah,” kata Zahi Hawass, mantan menteri urusan purbakala dan salah seorang cendekiawan paling berpengaruh di Mesir, pada akhir bulan Maret. “Radar itu seni.” Hawass sangat blakblakan dalam mengkritik teori Reeves, menyerukan penyelidikan yang lebih saksama.

Pemindaian radar awal April ini dirancang untuk menghasilkan sekumpulan data yang lebih lengkap untuk dikaji oleh para cendekiawan. Mulai pukul lima sore, setelah Lembah Raja-Raja ditutup bagi pariwisata, tim yang disponsori oleh National Geographic Society bekerja sepanjang malam, melakukan lebih dari 40 kali pemindaian. Mereka memindai tembok bersangkutan pada lima ketinggian, berganti-ganti antara dua antena radar yang berturut-turut memiliki frekuensi 400 dan 900 megahertz.

“Satu untuk persepsi kedalaman, dan satu untuk persepsi bentuk,” kata Eric Berkenpas, insinyur listrik di National Geographic yang menemani Alan Turchik, insinyur mesin.

Para teknisi National Geographic bersiap-siap memindai tembok di Perbendaharaan, yaitu ruangan kecil tak berhias di sebelah ruangan pemakaman yang dulu penuh artefak luar biasa ketika Tut disemayamkan. (Kenneth Garrett/ National Geographic/ Egyptian Ministry of Antiquities)

Pertunjukan Drama

Sejak teori Reeves diterbitkan, makam itu, yang ditemukan Howard Carter pada 1922 dengan penuh gembar-gembor, tiba-tiba menjadi tempat pertunjukan drama. Selama enam bulan terakhir, berbagai spesialis bekerja di depan lukisan misterius di tembok utara, yang mendominasi makam itu bagaikan latar panggung sandiwara. 

Pada November lalu, Watanabe, 70, yang berpengalaman lebih dari 40 tahun menangani radar, bekerja sendirian, meneriakkan fitur-fitur makam yang dilihatnya dalam bahasa Jepang sambil mendorong mesin radar khusus menyusuri lantai.