Foto Eksklusif dari Kegiatan Pemindaian Makam Raja Tut

By , Selasa, 5 April 2016 | 10:00 WIB

Adegan hari Kamis lalu suasananya sangat berbeda: Baik Berkenpas maupun Turchik berusia tiga puluhan, yang jika dijumlahkan masih enam tahun lebih muda daripada Watanabe. Seperti kedua antena, mereka seakan dipilih karena perbedaan tinggi tubuhnya: Berkenpas 195 sentimeter, Turchik 168 sentimeter.

Sebelum datang ke Mesir, mereka menguji peralatan dengan memindai tiang batu di National Arboretum di Washington, D.C. Pemindai SIR-4000 yang canggih ini bergerak di atas rel yang rumit, bertengger di atas tripod, yang disesuaikan dengan cepat oleh Berkenpas dan Turchik dengan begitu tangkas. Mereka berlatih di kamar hotel sambil menunggu pemindaian dimulai.

“Kunci semua, mundurkan, dan angkat!” seru Berkenpas sekitar tengah malam, ketika pekerjaan mereka baru setengah jalan. “Itu lagu klub baru?” kata Turchik.

Ada apa di balik makam Raja Tut? (National Geographic)

Mereka sangat berhati-hati soal hasilnya, menjelaskan bahwa data akan dikirim kepada para pakar di Amerika Serikat dan Mesir untuk dianalisis. Yasser ElShayeb, profesor mekanika batuan di Cairo University yang berpartisipasi dalam pemindaian itu, memperhatikan ada beberapa ketakteraturan yang terlihat di radar dalam pandangan sekilas. “Kami tahu ada beberapa anomali,” katanya di konferensi pers pada hari Jumat, “tetapi tidak seratus persen pasti bahwa ada sesuatu di sana.”

Drama penyelidikan makam ini semakin ramai akibat iklim politik dan ekonomi Mesir. Tidak sampai dua minggu sebelum uji terbaru ini, sepuluh anggota kabinet dibebastugaskan, termasuk mantan menteri urusan purbakala, Eldamaty. Perubahan ini dipandang luas sebagai cerminan tekanan ekonomi pada pemerintah Mesir. 

Eldamaty menghadiri penyelidikan hari Kamis, dan dia tampak lega bahwa dirinya sudah tak lagi bertanggung jawab dalam hal ini. Saat ditanya berapa lama dia menjabat sebagai menteri, dia tertawa dan berkata: “Satu tahun, sembilan bulan, dan enam hari.” Dia memperhatikan bahwa sudah ada lima menteri urusan purbakala sejak revolusi Mesir dimulai pada Januari 2011. “Zaman sekarang, susah menjadi menteri,” katanya. “Saya senang meninggalkan jabatan ini, karena penerus saya salah seorang yang terbaik.”

Di tengah semua kegiatan ini, lelaki yang mula-mula mengilhami penyelidikan ini tampak tegang dan lelah. “Saya seperti warga dunia yang lain,” kata Reeves pada hari Jumat. “Saya menunggu informasi selengkapnya.” Dia melanjutkan, “Bagi saya, secara arkeologi, bukti masih tampak meyakinkan. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah melengkapinya dengan teknologi abad ke-21.”

Penyelidikan ini—yang sebagian didukung oleh National Geographic Society—didokumentasikan untuk acara khusus National Geographic Channel yang akan ditayangkan perdana ke seluruh dunia pada musim semi ini.