Studi: Dua Dosis Vaksin Sinovac Tak Mampu Cegah Infeksi Varian Omicron

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 18 Desember 2021 | 16:00 WIB
Vaksin Sinovac. (Covid-19 vaccination/Flickr)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa varian Omicron lebih cepat menular daripada varian Delta, bahkan 70 kali lebih cepat. Dikutip dari TV2, ada laporan kasus bahwa seseorang yang terinfeksi varian Omicron telah menjadi superspreader atau penyebar super.

Kasus superspreader ini terjadi di Denmark. Dari sebuah acara makan siang bersama yang diikuti oleh 150 orang untuk menyambut Natal, 53 orang di antaranya kemudian diketahui telah terifeksi varian Omicron.

Kemunculan varian Omicron juga terbukti berasosiasi dengan peningkatan risiko reinfeksi COVID-19 hingga 2,39 kali lebih tinggi di Afrika Selatan, menurut hasil studi di sana. Bahkan ada beberapa orang yang terkena COVID-19 hingga ketiga kalinya akibat varian baru ini.

Terkait keparahannya, varian Omicron diketahui juga dapat menyebabkan kematian seperti varian Delta. Kasus kematian akibat varian baru ini setidaknya telah ditemukan di Inggris.

Menanggapi lonjakan kasus COVID-19 di dunia akibat varian Omicron, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) telah merekomendasikan pemberian vaksin booster untuk orang-orang berusia 18 tahun ke atas. Vaksin booster dapat diberikan pada interval 6 bulan setelah vaksinasi menggunakan vaksin Pfizer atau Moderna, atau interval 2 bulan setalah vaksinasi menggunakan vaksin Johnson & Johnson.

Pemerintah Indonesia sendiri baru akan memulai program pemberian vaksin booster untuk masyarakat umum pada tahun depan. Rencananya, pada 2022 nanti, para lansia dan peserta BPJS akan mendapatkan vaksin booster gratis, sedangkan warga lainnya di luar kelompok tadi harus bayar sendiri jika mau mendapat vaksin booster tersebut.