Tak Seliar Manusia Purba, Manusia Modern Menjinakkan Dirinya

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 25 Desember 2021 | 07:00 WIB
Ada perbedaan yang membuat manusia modern tidak seliar dan fisiknya berbeda dengan manusia purba lainnya, hal itu disebabkan domestifikasi diri kita yang muncul secara genetika. (Joe McNally/National Geographic)

Nationalgeographic.co.id - Manusia suka domestikasi atau menjinakkan apa saja demi kelangsungan hidupnya. Namun apa yang membuat kita berbeda dengan kerabat manusia lainnya yang punah seperti Neanderthal dan Denisovian, adalah kemampuan kita untuk mendomestikasi diri sendiri, bukan hanya hewan dan tumbuhan.

Fenomena itu diungkapkan dalam makalah jurnal Evolutionary Biology pada Desember 2019, bahwa manusia modern sifatnya menjadi kurang agresif dan lebih kooperatif daripada manusia purba lainnya.

Domestikasi itu terjadi dengan berbagai perubahan genetik yang muncul, sehingga jadi tidak seliar sebelumnya dan memiliki bentuk fisik yang berbeda. Para peneliti memperkirakan proses ini terjadi jauh sebelum manusia domestikasi hewan dan tumbuhan.

Pada anjing dan rubah peliharaan misalnya, ada banyak perubahan bersifat fisik seperti gigi dan tengkorak yang lebih kecil, telinga yang terkulai, serta ekor yang lebih pendek dan lebih keriting. Perubahan fisik ini menjadi fakta bahwa pemeliharaan hewan lebih sedikit mempunyai sel punca puncak saraf, dari versi liar (non-domestikasi) mereka.

Baca Juga: Penyakit Misterius Bikin Beruang di AS Jadi Jinak seperti Anjing

Perubahan fisik ini terjadi pada manusia, dan salah satunya disebabkan oleh suatu gen. Para peneliti yang dipimpin oleh Matteo Zanella dari Department of Oncology and Hemato-Oncology University of Milan, Italia, mengungkap bahwa gen itu adalah BAZ1B. Gen ini sangat berperan penting dalam mengatur pergerakan sel-sel krista saraf.

Testa dan tim menulis, manusia umumnya mempunyai dua salinan gen ini, tetapi tidak pada mereka yang mengidap sindrom Williams-Beuren. Sindrom itu adalah gangguan kognitif dengan ciri fisik tengkorak yang lebih kecil, fitur wajah yang tidak biasa, dan kurang ramah. Pengidap sindrom itu tidak memiliki satu salinan BAZ1B bersama dengan beberapa salinan lainnya.

Dari situlah mereka mempelajari peran BAZ1B dalam fitur tersebut, lewat eksperimen perbandingan dari pengidap sindrom Williams-Beuren dengan gangguan lainnya yang berhubungan dengan gen tersebut, dan yang tidak mengidap gangguan sama sekali.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa gen BAZ1B yang rusak menyebabkan fitur wajah yang berbeda dari orang-orang dengan sindrom Williams-Beuren. Sehingga Tim menyimpulkan gen ini sebagai pendorong penting untuk tampilan wajah kita.

Baca Juga: Mengapa Kita Lebih Peduli pada Hewan Peliharaan Daripada Sesama?

"Kami memberikan bukti pertama domestikasi diri pada manusia," terang Zanella pada Science News.

Dia menjelaskan, gen di bawah arahan BAZ1B yang berubah ada pada hewan selama domestikasi berlangsung maupun manusia modern saat berevolusi. Uniknya, gen ini tidak ditemukan pada DNA kerabat kita seperti Neanderthal dan Denisovan yang sudah punah.