"Studi ini sangat mengesankan," ujar Richard Wrangham, seorang antropolog biologi di Harvard University saat mengulasnya di Science. "Apa yang mereka fokuskan adalah satu gen yang sangat penting ... tapi jelas akan ada banyak gen kandidat lainnya."
Ada banyak gen yang berbeda untuk memungkinkan peranan pada domestikasi, sehingga para peneliti tidak boleh terlalu fokus pada BAZ1B dalam evolusi, tambahnya.
Baca Juga: Kasuari, Burung Terbuas di Dunia Dipelihara Manusia 18.000 Tahun Lalu
Adam Wilkins ahli biologi evolusi di Stellenbosch Institute of Advanced Study, Stellenbosch, Afrika Selatan, menanggapi makalah ini secara positif. Peneltian terkait BAZ1B dengan biologi seluler ini persis seperti yang diharapkannya, bahwa sel puncak saraf memang berperan atas domestikasi manusia.
Keunikan pengaruh aktivitas beberapa gen disebabkan BAZ1B yang mengubah manusia modern, dianggap "benar-benar akan jadi serangkaian korelasi yang menarik," ujarnya di Science News. Akan tetapi dia mengakui ada beberapa kejanggalan melihat kesimpulan studi ini, dan perlu dikaji lagi untuk diungkap.
Wilkins pada 2014, bersama kelompok kerjanya membuat penelitian tentang domestikasi hewan yang dilakukan oleh manusia dalam jurnal Genetics tahun 2014. Mereka menemukan, ada perubahan genetik yang sedikit menghambat pergerakan sel penting yang berkembang.
Sel-sel puncak saraf ini hadir di awal perkembangan embrio dan berpindah ke berbagai bagian embrio yang kemudian menimbulkan banyak jaringan, termasuk tulang dan tulang rawan di wajah, otot polos, kelenjar adrenal, sel pgimen, dan bagian dari sistem saraf.
Wilkins dan tim yakin, perubahan genetik ringan dapat menghasilkan sel-sel puncak saraf yang tidak bergerak, yang membantu para hewan menjadi jinak pada manusia.