Dampak Perubahan Iklim pada Pasokan Produksi Budidaya Makanan Laut

By Wawan Setiawan, Rabu, 22 Desember 2021 | 17:00 WIB
Kandang salmon dari Vestmanna di Kepulauan Faroe. (Wikipedia)

Daerah yang terkena dampak paling parah dalam skenario emisi tinggi - Norwegia, Myanmar, Bangladesh, Belanda, dan Cina - dapat melihat penurunan produksi budidaya laut mereka sebanyak 40 hingga 90 persen. Efek iklim pada budidaya laut termasuk di antaranya perubahan di area laut yang layak untuk budidaya ikan serta stok makanan yang digunakan untuk memberi makan mereka.

Peternakan ikan cenderung menggunakan tepung ikan dan minyak ikan, yang sebagian besar terdiri dari ikan yang lebih kecil seperti herring dan ikan teri -- stok yang juga terancam oleh perubahan iklim.

“Beberapa daerah yang menghasilkan lebih banyak bivalvia, seperti remis, tiram dan kima, juga di daerah ini dampaknya lebih kecil. Di daerah yang menghasilkan lebih banyak ikan bersirip, seperti salmon, dampaknya akan tinggi karena berkurangnya pasokan tepung ikan dan minyak ikan." tutur Oyinlola.

Baca Juga: Bincang Redaksi-38: Ancaman Pagebluk Baru terhadap Ketahanan Pangan

Produksi budidaya laut diperkirakan akan berisiko jika tidak dilakukan tindakan dalam mengatasi perubahan iklim saat ini. (Bob Brewer/Unsplash)

Di bawah tingkat emisi karbon saat ini, budidaya ikan bersirip, seperti salmon, diproyeksikan menurun secara global sebesar tiga persen pada tahun 2050, dan 14 persen pada tahun 2090. Budidaya kerang diproyeksikan meningkat pada tahun 2050 dan menurun pada tahun 2090 di bawah kedua skenario iklim.

Negara-negara di mana budidaya laut menonjol terutama untuk produksi ikan bersirip, seperti Norwegia, Islandia, Finlandia, Chili, dan Bangladesh, akan terkena dampak paling parah, menurut Dr. Oyinlola, sedangkan wilayah yang menghasilkan lebih banyak bivalvia akan lebih stabil atau dalam kasus Kanada, akan tumbuh.

Akan tetapi, studi ini juga menemukan bahwa mengganti tepung ikan dan minyak ikan untuk makanan nabati seperti kedelai dapat membantu meringankan dampak perubahan iklim untuk peternakan ikan. Sebab, ketika seperempat dari makanan ikan diganti dengan makanan alternatif, di bawah skenario emisi yang rendah, produksi budidaya laut diproyeksikan meningkat sebesar 25 persen pada tahun 2050 dan 31 persen pada tahun 2090.

Baca Juga: Wabah Baru Hingga Ancaman Ketahanan Pangan, Inilah Dampak jika Hidup Manusia Tidak Lagi Selaras dengan Hewan

Survei penyelam salah satu kandang submersible yang digunakan untuk pertanian Cobia oleh Snapperfarm Inc. di lepas pantai Puerto Rico. (Snapperfarm / National Oceanic & Atmospheric Administration)

"Studi ini menyoroti kebutuhan untuk mendiversifikasi pengembangan budidaya laut dari fokus saat ini pada ikan. Membudidayakan spesies ini umumnya membantu mengurangi paparan pertanian makanan laut terhadap bahaya iklim." kata penulis senior, Dr. William Cheung, profesor dan direktur IOF.

Budidaya laut yang disesuaikan dengan iklim akan mencakup spesies yang tidak bergantung pada tepung ikan dan minyak ikan, seperti kerang atau ganggang, atau spesies yang dapat memanfaatkan pakan non-ikan.

Meskipun ada antusiasme tentang budidaya laut yang membantu meningkatkan produksi makanan laut, penelitian menunjukkan jika manusia tidak meredakan perubahan iklim, antusiasme seperti itu tetap akan berkurang.

"Perubahan iklim memengaruhi segalanya, termasuk aspek budidaya makanan laut yang sebelumnya tidak kita pertimbangkan. Kita perlu bertindak, dan cepat, untuk mengurangi perubahan iklim daripada mengandalkan satu solusi untuk menyelesaikan semua masalah produksi makanan laut kita." kata Cheung.