Pyrosome Seperti Cacing Misterius Raksasa, Padahal Bukan Hewan Tunggal

By Fikri Muhammad, Rabu, 22 Desember 2021 | 13:00 WIB
Cacing Laut Misterius dan Besar Ditemukan di Selandia Baru. (National Geographic France)

Nationalgeographic.co.id—Pada 25 Oktober 2018, Steve Hathway sedang syuting iklan untuk promosi pariwisata di lepas pantai Selandia Baru. Temannya Andrew Buttle memanggilnya untuk menunjukkan sesuatu yang aneh.

"Dia menertawakanku," kata Hathaway, pikirnya saat mendengar apa yang ditemukan Buttle. Dia memakai perlengkapan selamnya dan melompat ke dalam air. Itu adalah mahluk seperti cacing tembus pandang yang panjangnya hampir delapan meter, menyerupai windsock raksasa. Itu sebenarnya sebuah pyrosome, yang ingin sekali dilihat Hathaway selama bertahun-bertahun. 

Berenang di sekililingnya "sangat menakjubkan," kata Buttle. "Anda bisa melihat ratusan ribu mahluk kecil begitu dekat."

Ini karena pyrosome bukanlah hewan tunggal, itu adalah koloni mengambang dari ratusan atau ribuan organisme individu yang disebut zooid. Zooids sendiri adalah mahluk kecil multiseluler yang menyaring makanan dengan memompa air melaui tubuh mereka sendiri, menangkap fitoplankton, bakteri, partikel kotoran hewan, dan yang lainnya.

Proses memimpa air melalui satu siphon dan kemudian mengeluarkannya melalui siphon lain membuat mereka menjadi kelompok yang disebut tunicata, atau "semburan laut". Karena kemampuannya menyaring bahkan makan dari lingkungan yang paling tidak ramah.

Pyrosome dan sepupunya, salpid, adalah "sumber makanan yang sangat penting dan sangat melimpah," kata Andrew Jeffs, profesor ilmu kelautan di University of Auckland. Keduanya merupakan makanan bagi biota laut, termasuk penyu dan lobster berduri. Predator dapat menempel pada tabung ini selama berminggu-minggu dan memberi mereka makan.

"Ini seperti kita manusia menggantung dari gajah untuk memakannya," kata Jeffs. "Mereka mampu meluangkan waktu dan makan cukup untuk mendapatkan manfaat yang mereka butuhkan. Namun, hewan ini sering mati karena salah memakan kantong plastik yang terlihat seperti mereka atau organisme agar-agar lainnya, seperti ubur-ubur. 

Untuk mencari makanan, pyrosome berenang secara vertikal menuju permukaan laut pada malam hari untuk menangkap fitoplankton dan kemudian kembali ke kedalaman saat siang hari, mungkin untuk menghindari pemangsa yang mencari makan di siang hari.

Badan tubular agar-agar mereka bersinar dengan bioluminesensi alami. Ini adalah bagaimana mereka menerima pyrosome, dari bahasa Yunani "api" dan "tubuh". mereka bisa sekecil satu inci atau lebih besar. 

Proses pembangunan ini mencangkup reproduksi seksual dan aseksual, kata Moira Decima, ahli ekologi zooplankton di Institut Nasional untuk Penelitian Air dan Atmosfer di Wellington. Mereka tumbuh dengna cepat, tetapi sulit untuk menentukan dengan tepat seberapa cepat. Ada lebih banyak penelitian tentang salpid, yang terdiri dari zooid tunggal dan lebih umum daripada pyrosome. Namun itu bisa berubah. Decima menunjukkan ada ploriferasi besar pyrosome di pantai barat Amerika Serikat pada 2017.

Buttle dan Hathaway, keduanya penyelam berpengalaman, berhasil menemukan pyrosome ini selama musim panas di Selandia Baru. Pulau Whakaari yang berjarak kurang dari 50 km lepas pantai dan daratan. Juga dikenal sebagai Pulau Putih, adalah objek wisata yang terkenal dengan stratovolcano aktifnya. 

Suhu yang lebih tinggi selama musim panas menyebabkan mutasi flora dan fauna laut. "Anda selalu menemukan sesuatu yang baru saat ini," kata Hathaway. Setekah sebelah tahun berakir sebagai videografer, dia telah melihat banyak kehidupan laut, termasuk pari manta dan paus. Dia dan Buttle berenang di sekitar pyrosome selama sekitar empat puluh menit. 

Baca Juga: Inilah Pyrosome, Unicorn dari Bawah Laut yang Mempesona