Nationalgeographic.co.id - "Menjumpai beruang kutub ketika terbang di atas Kutub Utara dengan helikopter adalah pengalaman yang rasanya tidak nyata,” kata Anthony Pagano. Dia adalah seorang peneliti pascadoktoral di Washington State University’s School of the Environment. Perjalanannya bersama beberapa rekan adalah untuk mengamati data penyebaran beruang kutub.
"Mereka sangat besar dan mengesankan. Sungguh menakjubkan mengamati hewan yang sangat unik ini beradaptasi untuk hidup di lingkungan Arktika yang keras ini. Mereka sepadan dengan upaya yang diperlukan untuk melestarikannya," lanjutnya pada Eurekalert.
Ketika melihat beberapa beruang kutub, tim itu segera melumpuhkan beberapa ekor untuk dipasangkan kerah pelacak. Kemudian data pergerakannya dalam GPS dilacak oleh lembaga bernama Argos System. Kerah pelacak sepertini biasanya dilepas secara manual setelah 12-24 bulan, atau bisa juga dilepas dari jarak jauh dengan mekanisme drop-off.
Baca Juga: Akibat Perubahan Iklim, Beruang Kutub Diprediksi Punah Akhir Abad Ini
Untuk membandingkan temuan, Pagano dan rekan dari U.S. Geological Survey menggunakan data pelacakan satelit lainnya dari 1986 hingga 2016 di sekitar Laut Beaufort, utara Alaska. Data ini mengungkap pola pergerakan beruang kutub betina di sana, dan dianalisis.
Mereka menemukan bahwa selama dua dekade terakhir, beruang kutub harus melakukan perjalanan lebih jauh ke utara, dari tempat perburuan lama mereka di landas kontinen. Menurut tim peneliti, para beruang harus melakukan ini demi tetap berada di habitat es laut mereka yang perlahan menyusut.
Landas kontinen adalah habitat air dangkal yang berisi banyak ikan yang menjadi tempat anjing laut mencari makan. Dalam rantai makanan, anjing laut adalah santapan favorit beruang kutub. Kawasan ini membentang sekitar 100 mil di utara Alaska dan Kanada.
Ketika musim panas menjelang, anjing laut menyapih anak-anaknya dan menjadi santapan lezat beruang kutub. Pada waktu ini sering kali beruang kutub melipatgandakan berat badannya karena memakan daging berlemak.
Baca Juga: Teknik Berburu Unik Beruang Kutub: Menghantam Singa Laut dengan Batu
Perubahan lingkungan itu telah berkontribusi pada penurunan hampir 30 persen populasi mereka. Sedang daerah jelajah beruang, atau jumlah ruang yang dibutuhkan untuk makanan dan sumber daya lainnya pada 1999-2016 lebih besar 64 persen daripada periode 1986-1998.
Data yang ada di dalam laporan itu menunjukkan, ketika es laut di atas landas kontinen terus surut lebih awal dan lebih jauh, beruang berpindah dari habitat mencari makan utama yang ada ini. Perjalanan lebih jauh ke utara, tepatnya ke perairan yang ternyata justru hanya sedikit anjing laut yang dapat dimangsa.
"Dampak gabungan dari bergerak lebih jauh dan terus lebih jauh ke utara dengan es di musim panas, dan kemudian harus bergerak kembali di musim gugur dan musim dingin ketika es membeku untuk membuat jumlah korban (mati) yang besar," urai Pagano. "Pekerjaan kami menyoroti dampak mengkhawatirkan dari penurunan es laut pada pola pergerakan beruang kutub."
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR