Copepoda yang Mengeluarkan Cahaya Biru Muda di Salju-Salju Kutub Utara

By Fikri Muhammad, Sabtu, 25 Desember 2021 | 10:00 WIB
Para peneliti telah menemukan copepoda yang terperangkap di salju dekat Stasiun Biologi Laut Putih di Kutub Utara Rusia. Ini memancarkan cahaya biru cerah. ( ALEXANDER SEMENOV / WHITE SEA BIOLOGICAL STATION (WSBS MSU))

Nationalgeographic.co.id - Jauh di Kutub Utara Rusia, di pantai Laut Putih, di sebuah stasiun penelitian yang terisolasi, ahli biologi Vera Emelianenko berangkat pada malam Desember yang dingin. Bersamanya ada Mikhail Neretin, putra dari ahli biologi molekul stasiun. Mereka juga ditemani dua anjing shcnauzer raksasa dan terrier Irlandia berbulu lembut. 

Mereka sedang melewati sisi pantai melawan angin yang bergerak kencang. Tiba-tiba Mikhail Neretin meihat cahaya biru terang di atas tumpukan salju. Awalnya dia mengira Vera menjatuhkan ponselnya. Mereka pun menelusuri kembali langkahnya dan ada jejak biru halus. "Rasanya seperti ada karangan bunga Natal biru di salju," kenang Vera.

Dia membungkuk lalu mengambil segenggam salju. Saat dia meremas bola salju di antara jari-jarinya, bola itu semakin berkilau. Saat mereka berlari kencang, anjing-anjing itu menarik ke depan dan meninggalkan jejak cahaya di belakang mereka, seolah-olah jatuh dari langit dan menyebar di atas salju. 

Antusiasme ini menyebar ke ahli biologi yang tinggal di stasiun dan sekelompok spesialis kelautan dari seluruh Rusia. Mereka dibanjiri panggilan telepon dan pesan MMS untuk memberi tahu penemuan itu. Vera dan Mikhail bergegas membawa fotografer stasiun, Alexander Semenov untuk melacak fenomena ini. Mereka menginjak tanah bersama-sama selama mungkin dua jam untuk membuat bintik-bintik kecil itu bersinar.

Baca Juga: Beruang Kutub Berjalan Jauh Demi Bertahan Hidup Akibat Es yang Mencair

Keesokannya, Vera menyelipkan sepotong salju mengkilap di bawah kaca pembesar stereomikroskop untuk mengidentifikasi. Sambil menunggu es mencair, dia menjentikkan residu kecil ini dengan jarum, tanpa efek. Tapi dia akhirnya menemukan copepoda (krustasea kecil) di cawan petri yang telah diisi dengan molase. Ketika dia menyentuh mereka, mereka bersinar biru muda.

Keesokan harinya, Vera Emelianenko menyelipkan sepotong salju mengkilap di bawah kaca pembesar stereomikroskop untuk mencoba mengidentifikasi orang yang bertanggung jawab atas bioluminesensi ini. Sambil menunggu es mencair, dia menjentikkan residu kecil ini dengan jarum, tanpa efek. Tapi dia akhirnya menemukan copepoda (krustasea kecil) di cawan Petri yang sekarang diisi dengan molase. Ketika dia menyentuh mereka, mereka bersinar biru muda.

Ini mungkin pertama kalinya mereka repot-repot melakukan penyelidikan terdokumentasi dari salju Kutub Utara yang berkilauan, yang telah diamati oleh para peneliti sebelumnya tetapi belum diselidiki lebih lanjut.

Krustasea yang terdampar ini tiba-tiba bersinar ketika para peneliti menginjak mereka dalam ekspedisi salju malam hari. (ALEXANDER SEMENOV / WHITE SEA BIOLOGICAL STATION (WSBS MSU))

Copepoda adalah krustasea kecil yang panjangnya hanya beberapa milimeter dan seukuran beberapa butir pasir, jika diletakkan berdampingan. "Ini adalah mikroba laut," kata Steven Haddick, ahli biologi kelautan khusus zooplankton laut Monterey Bay Aquarium Research Institute. "Mereka kecil dan banyak, mereka dimakan oleh banyak spesies," tuturnya di laman National Geographic France

Meskipun sedikit yang dikatakan tentang mereka, mahluk ini tidak mendapat manfaat dari representasi mahluk apapun. Copepoda dikatakan sebagai asal mula keragaman di dunia laut, menurut beberapa penelitian. Mereka adalah perenang pasif yang tidak melawan arus. Spesies ini diamati oleh Vera berkeliaran di lautan dari Selat Hudson di Kanada hingga perairan Maine, hingga Arktika.

Baca Juga: Paus Perlu Diselamatkan Karena Peran Kotoran Mereka Bagi Dunia

Menurut Ksenia Kosobokova, spesialis zooplankton arktika di Akademi Ilmu Pengetahuan Moskow, spesies ini umumnya ditemukan lebih jauh di lepas pantai pada kedalaman 25 hingga 90 meter pada siang hari dan lebih dekat ke permukaan setelah gelap (selama bulan-bulan musim dingin).

Ada kemungkinan, menurut dia, copepoda tersangkut arus kuat. Dua kali sehari, ketika air pasang menyapu garis pantai, air es dan segala isinya dikeringkan melalui celah-celah es dan salju. Untuk perenang yang lemah seperti copepoda, tidak ada jalan keluar. 

Mungkin juga diakibatkan gelombang pasang sangat dashyat pada 1 Desember lalu. Kedua kondisi ini jika digabungkan ombaknya bisa lebih ganas. Namun ekspedisi pada 16 Desember lalu menunjukkan bahwa kita tidak perlu menunggu siklus bulan satu tahun selesai agar salju-salju itu bersinar.