Setelah kurang lebih setengah jam digoyang ombak, perahu kami perlahan bersandar di dermaga kecil. Air lautnya berwarna biru kehijauan. Beberapa perahu juga tampak bersandar di sana. Satu persatu kami turun dari perahu, berhati-hati merangkak di haluan perahu yang sempit. Jika sekali terpeleset, habislah sudah. Saya meninggalkan alas kaki di perahu agar bisa merasakan langsung menjejak pasir di pulau tersebut. Sebuah keputusan yang akan saya sesali kemudian.
!break!Sekolah Terselatan
Saya menjejakkan kaki di Pulau Landu. Penduduk setempat biasa menyebutnya Pulau Landu Ti. Kata “Ti” berasal dari nama suku di daerah Rote, suku Thie. Pulau paling selatan Indonesia memang bukan Pulau Landu, melainkan Pulau Ndana. Akan tetapi di Pulau Ndana tidak ada permukiman penduduk, hanya ada markas Marinir Angkatan Laut yang menjaga daerah perbatasan Indonesia. Alhasil, Desa Landu pun didaulat menjadi desa paling selatan di Indonesia.
Kami bergerak menjauhi dermaga, menyeberangi lapangan yang sekelilingnya ditumbuhi bunga tapak dara, dan berhenti di depan sebuah bangunan bercat putih. Sebuah plang dari papan warna putih kusam terpancang di halaman depan. Inilah Sekolah Dasar (SD) Negeri Landu, sekolah paling selatan di Indonesia. SD ini berada di Desa Landu, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.
Sekolah ini dilengkapi dengan enam ruang kelas, sanitasi dan perpustakaan. Di bawah pimpinan Kepala Sekolah Yohanes Tela Doni, ada delapan guru yang mengajar 135 siswa di sini. Sayangnya, waktu kunjungan kami ke SD Negeri Landu bertepatan dengan liburan sekolah, sehingga sekolah sepi dari kegiatan belajar mengajar atau aktivitas lainnya.
Selama beberapa saat, kami berkeliling di kawasan sekolah dan mengambil gambar. Dalam penjelajahan ini, saya memang bertugas mendampingi Kepala Bidang Pembelajaran, Warisan Budaya Tak benda dan Kelembagaan PDSPK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Manik Mustikahendro untuk melakukan validasi dan verifikasi data sekolah-sekolah di Kabupaten Rote Ndao. Data-data tersebut meliputi data administratif, citra dan spasial, yang nantinya akan digunakan untuk melengkapi dan membenahi data sekolah di situs Sekolah Kita.
Situs Sekolah Kita merupakan sistem informasi terintegrasi yang dibangun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyediakan informasi terpadu tentang seluruh sekolah-sekolah dan cagar budaya di Nusantara. “Informasi tentang semua sekolah di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, bisa diakses publik lewat situs ini,” ungkap Manik.!break!
“Tidak adakah guru yang tinggal di sini?” tanya saya pada Dahun.
“Tidak ada,” jawabnya, “Semua guru di sini asalnya dari darat (Pulau Rote). Kebanyakan anak-anak sini lebih pilih sekolah kesehatan.”
Menurut Dahun, ketiadaan tenaga medis di Desa Landu mendorong anak-anak muda desa ini memilih melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan. Saat ini, sudah ada beberapa anak muda Desa Landu yang tengah magang sebagai tenaga medis di beberapa wilayah di Pulau Jawa.
“Kami di sini punya puskesmas bagus. Tapi sekarang puskesmasnya jadi kandang kambing karena tidak ada bidannya,” ujarnya.
SD Negeri Landu merupakan satu-satunya sekolah di Pulau ini. Siswa yang telah lulus SD harus menyeberang ke Pulau Rote untuk melanjutkan pendidikan di tingkat menengah. Biasanya di Rote, mereka menyewa kamar kos atau menumpang di rumah saudara selama hari-hari sekolah, dan baru pulang ke Landu tiap akhir pekan.!break!