Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu

By , Senin, 25 Juli 2016 | 11:00 WIB

Ketika barra berhembus, suku Yolngu sudah yakin bahwa para pedagang dari Makassar di Sulawesi Selatan akan segera datang,” ungkap Richard.

Penduduk asli Australia ini lalu akan segera bersiap memanen teripang, juga mutiara dari tiram dan kerang serta penyu sisik dan penyu hijau.

Hingga pada suatu waktu, tak hanya singgah untuk membeli, lama-kelamaan sebagian dari pelaut asal Makassar ini juga ikut tinggal sementara di Arnhem Land untuk membantu penduduk suku Yolngu membudidayakan dan memanen teripang, mengolah, mengeringkannya lalu mengirimkannya kembali ke Makassar dengan kapal untuk dijual.

Langgeng

Hubungan dagang terus berlanjut dan para pelaut dari Makassar selalu datang setiap barra berembus, tanda musim penghujan datang. Richard mencatat bahwa riwayat kedatangan dan jual beli antara suku Yolngu dan pelaut Makassar, termasuk pengaruh yang diberikan oleh Mangathara, dicatat oleh suku Yolngu dalam serangkaian lagu yang disebut manikay.

Manikay pada dasarnya berisi pengetahuan dari para leluhur mengenai bagaimana cara suku Yolngu hidup, biasanya dinyanyikan pada saat upacara adat.

Dari manikay diketahui bahwa teripang dibeli dengan cara barter dengan sejumlah benda seperti alkohol, tembakau, beras dan senapan dari para pelaut Makassar.

Cerita turun-temurun juga mencatat benda-benda berbahan logam, misalnya kapak, kait pancing, alkohol, selimut, pedang dan senapan, sebagai hasil barter.

“Sementara itu, catatan sejarah pemerintah South Australia dan parlemen menunjukkan barang-barang yang diterima dari orang Makassar hanyalah tembakau dan beras,” tutur penulis buku “Why Warriors Lie Down and Die” ini.

Paul Thomas, dosen yang menjabat sebagai koordinator dari Indonesian Studies School of Languages, Literatures, Cultures and Linguistics dari Monash University, mengatakan bahwa pada saat itu, beras menjadi komoditas yang penting bagi suku Yolngu.

Bahkan, Paul menyebutkan bahwa para pelaut dari Makassar-lah yang memperkenalkan logam untuk pertama kalinya kepada penduduk asli Australia. Sebelumnya, segala alat kerja suku Yolngu terbuat dari batu.

“Awalnya memang teripang, tetapi bagi suku asli, kunjungannya (pelaut dari Makassar) tentu lebih penting dari perdagangan biasa. Beras (di nusantara) tidak terlalu mahal waktu itu, tidak dianggap penting, tetapi bagi suku asli, beras sangat penting sekali. Jadi untuk mereka, perdagangan dengan orang dari Indonesia jauh lebih penting karena (mereka butuh) beras, pisau, logam, tembakau,” ucapnya saat ditemui di Monash University.