Mengulik Kisah Historis Pulau Natal dan Rahasia di Balik Penamaannya

By Galih Pranata, Sabtu, 25 Desember 2021 | 13:00 WIB
Keindahan Pulau Natal (Christmas Island) di Australia. (Tourism Australia)

William Mynors adalah seorang kapten laut berkebangsaan Inggris. Ia merupakan master kapal milik East India Company (EIC), bernama Royal Mary. Kapal Royal Mary beroperasi untuk EIC sepanjang tahun 1626 hingga 1639.

Setelah penemuan pada perayaan Natal 1643, pulau itu dimasukkan dalam peta navigasi Inggris dan Belanda sejak awal abad ke-17, tetapi baru pada tahun 1666 peta yang diterbitkan oleh kartografer Belanda Pieter Goos memasukkan pulau itu.

Selang beberapa abad selanjutnya, pada 6 Juni 1888, Inggris Raya menganeksasi Pulau Natal atas desakan John Murray. Sebabnya, kemunculan fosfat membuat Inggris tergiur akan klaim atas Pulau Natal.

Potret kebahagiaan para tentara Jepang saat berhasil menduduki wilayah Pulau Natal. (Lewis Adams/Pinterest)

Setelah didirikannya pemukiman bernama Flying Fish Cove beserta perusahaan fosfat, 200 buruh Cina, delapan manajer Eropa dan lima polisi Sikh, tiba di pulau itu untuk menjadi tenaga kerja, ditambah dengan sejumlah kecil orang Melayu.

Nahas, selama Perang Dunia I yang terjadi sepanjang tahun 1914 hingga 1918, penambangan fosfat berkurang. Namun, di sisi lain, jalur kereta api dari Settlement ke South Point, mulai dibangun.

Baca Juga: Majapahit Tak Hanya Berkuasa di Daratan, Namun Juga Merajai Lautan

Pada perayaan Natal selanjutnya, di tahun 1942, Jepang menyerang kapal fosfat dari Norwegia, bernama The Eidsvold di Flying Fish Cove. Hal tersebut membuat 50 keluarga Asia dan Australia dievakuasi ke Perth, kisah perayaan Natal yang cukup kelam.

Tak berhenti di situ, 900 tentara Jepang menyerbu dan menduduki Pulau Natal, memenjarakan orang Eropa yang tersisa dan memburu 1.000 pekerja Melayu dan Cina di hutan-hutan pulau itu.