Antara 1930 hingga 1950-an, para pemburu anjing laut komersial di Falkland setidaknya telah membunuh 60.723 ekor, sementara perburuan di Argentina selama periode yang sama telah membunuh lebih dari 500.000 ekor.
"Emigrasi anjing laut ke Argentina mampu membantu menunjukkan adanya penjualan anjing laut, lalu datang pertanyaan: Mengapa singa laut berenang ke Argentina, ketika disana ada populasi yang lebih besar lagi?" ujar Baylis. "Mereka telah bersaing untuk sumber yang sama, dan hal itu yang saya rasa tidak masuk akal."
Tidak ada campuran
Baylis tinggal di Falklands hingga 2012 dan kembali hampir tiap tahunnya. Penelitian tersebut tak hanya disuguhi pemandangan yang cantik, namun juga cuaca yang menjadi buruk secara tiba-tiba.
Dari penelitian yang dilakukan, Baylis menduga tak ada singa laut Falklands yang melakukan perjalanan jauh dari pulau sepanjang musim dingin lokal. Sejak ditemukan kontradiksi dalam kepercayaan atas migrasi ke Argentina tersebut, Baylis bersama dengan Joe Hoffman, ahli ekologi molekular di Bielefeld University di Jerman, mencoba memecahkan teka-teki ini,
"Saya ingin tahu apakah singa laut dari Falkland memiliki genetik yang mirip atau berbeda dengan mereka yang ada di tanah Amerika Utara," ujar Hoffman. "Apakah mereka bisa bergerak dengan bebas di antara mereka, atau faktor geografi yang menahan hewan-hewan itu untuk bergerak ke antara mereka? Kita bisa menelusurinya lewat genetik."
Berdasarkan diskripsi yang tertulis dalam jurnal Royal Society Open Science, tes genetik mengesampingkan kemungkinan migrasi ke Argentina tersebut. Penelitian ini juga membuktikan bahwa populasi singa laut Falklands mengalami penuruan bukan dikarenakan menurunnya keberagaman genetik singa laut.
"Ini menunjukkan bahwa penurunan singa laut Falklands kemungkinan disebabkan oleh faktor lokal," ujarnya.
Tes genetika mengesampingkan adanya kemungkinan singa laut Falklands mendatangi Argentina selama bulan-bulan musim dingin yang cukup panjang hanya untuk dibunuh oleh pemburu.
Penyusunan Kasus
Suhu permukaan laut selama 160 tahun menunjukkan adanya periode hangat di Falklands antara tahun 1930 hingga 1950, yang mendorong penurunan singa laut.
Hal tersebut mirip dengan yang terjadi di South Georgia dan South Sandwich Island, yang jaraknya sekitar 1.550 kilometer. Anjing laut bulu juga mengalami penurunan lagi karena penurunan jumlah makanan.
"Saat ini kami mengakumulasi bukti yang menunjukkan penurunan populasi ini berhubungan dengan perubahan iklim," ujarnya. "Penurunan populasi di Falklands merefleksikan penurunan yang lebih mendunia."
"Perlahan kita terus menyusun kasus ini, mencari petunjuk, namun kita tidak semudah itu memiliki semua potongan kasusnya, dan saya mengira tidak akan pernah memiliki semuanya," ujarnya. "Orang-orang berpikir bahwa singa laut itu besar, karismatik, dan dipelajari dengan baik. Namun perlu disadari, kita tahu sangat sedikit mengenai mereka."