Ternyata Mengubah Isi Piring Dapat Menyelamatkan Kesehatan dan Bumi

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 1 Januari 2022 | 08:00 WIB
Tidak perlu menjadi seorang vegan atau vegetarian, perubahan kecil pada isi piring berpengaruh besar pada kesehatan dan bumi. (Anna Pelzer/Unsplash)

Selama bertahun-tahun, para peneliti dan pemerintah menganggap masalah pada lingkungan dan kesehatan itu terpisah.

Tetapi menjadi semakin jelas bahwa apa yang kita makan berhubungan erat dengan kesehatan planet, kata Sarah Reinhardt, seorang ahli sistem pangan dan kesehatan dari Union of Concerned Scientists.

Permintaan global akan daging sapi, misalnya, telah meningkatkan permintaan protein kedelai untuk pakan ternak. Menanggapi permintaan itu, sebagian besar Amazon ditebangi untuk memberi ruang bagi pertanian kedelai dan ternak baru. Ini mempercepat hilangnya hutan penyerap karbon dan keanekaragaman hayati.

“Pertanian adalah bagian besar dari teka-teki iklim. Pertanian, makanan, dan pola makan semuanya terkait erat,” kata Reinhardt.

Baca Juga: Tanam Pohon Bantu Perangi Perubahan Iklim, Tetapi Butuh Miliaran Bibit 

Jolliet dan rekan-rekannya membangun sebuah sistem yang menggabungkan kedua masalah tersebut. Mereka melihat dampak kesehatan dan lingkungan dari makanan tertentu.

Tidak ada yang sangat mengejutkan muncul dalam analisis ini. Para ahli epidemiologi mengetahui bahwa daging olahan, daging merah, dan makanan olahan tinggi gula meningkatkan risiko penyakit. Namun dengan merinci efek potensial dari begitu banyak produk, peneliti dapat memberi peringkat dan mengurutkannya. Dari sana mereka menciptakan pemahaman terperinci tentang bagaimana kebiasaan tertentu dapat memengaruhi konsumen.

Secara paralel, tim mengevaluasi dampak lingkungan dari ribuan makanan tersebut. Misalnya biaya karbon, sistem air, hingga polusi.

Ketika para peneliti melihat kedua masalah sekaligus, sebuah pola yang menggembirakan muncul. Banyak makanan yang baik untuk kesehatan manusia juga relatif ramah lingkungan. Tidak terlalu mengejutkan, kacang-kacangan, sayuran yang tidak ditanam di rumah kaca dan beberapa makanan laut yang dibudidayakan secara berkelanjutan. Makanan tersebut masuk dalam zona “hijau”.

Makanan zona “kuning”, seperti susu dan yogurt, makanan berbasis telur, dan sayuran yang ditanam di rumah kaca menyeimbangkan biaya kesehatan dan lingkungan.

Makanan zona “merah”, yang meliputi daging sapi, daging olahan, babi, dan domba, memiliki biaya kesehatan dan lingkungan yang tinggi. Satu porsi sup daging sapi, menurut perhitungan mereka, memiliki biaya karbon untuk mengemudi sekitar 22,5 km.

Kita tidak bisa berhenti makan, jadi apa yang harus kita lakukan?