Artikel berjudul The story behind Albert Einstein's most iconic photo, yang dipublikasi pada 13 Maret 2021, menjelaskan tentang keaslian adanya momentum jenaka Einstein yang menjulurkan lidahnya.
Saat itu tanggal 14 Maret 1951, hari di mana Albert Einstein telah berusia 72 tahun. Fisikawan kenamaan yang lahir di Ulm, Jerman, itu sudah tinggal di Amerika Serikat selama bertahun-tahun.
Saat momentum itu terjadi, disebutkkan, bahwa dia bekerja pada Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey. Berangkat pada sebuah perayaan ulang tahun yang didedikasikan untuk menghormatinya di pusat penelitian.
Para wartawan dan paparazzi sedang mengintai di luar venue ketika Einstein tengah bergegas pergi. Mereka berharap mendengar salah satu sindiran jenaka yang keluar dari sang profesor terkenal di dunia tentang situasi politik global, sekaligus mengambil foto ulang tahun Einstein ke-72 yang sempurna.
Baca Juga: Kenapa Waktu Terasa Cepat Berlalu Saat Kita di Gunung Daripada Pantai?
Einstein agaknya merasa terganggu dengan kehadiran mereka. "Namun, ia terlanjur terjebak dalam mobilnya, diapit terjepit di antara mantan direktur institut itu, Frank Aydelotte, dan istrinya, Marie," imbuh Hucal.
"Sudah cukup!..." celetuknya berulang kali sembari sedikit berteriak pada wartawan yang terus memaksanya.
"Hei, Profesor, tolong tersenyum untuk foto ulang tahun," teriak seseorang wartawan dari luar mobil, yang sedikit menyerah untuk mendapatkan jawabannya.
Secara cepat, dalam beberapa detik, Einstein yang sedikit merasa kesal, hanya menjulurkan lidahnya sebelum pintu mobilnya tertutup dan menghilang dari kejaran wartawan.
Tak banyak yang beruntung untuk mendapatkan momen jenaka tersebut, hanya fotografer bernama Arthur Sasse yang berhasil mengabadikan momen unik dan langka tersebut.
Ia yang terlihat risih dengan kejaran wartawan, tak bersikap marah, melainkan menjulurkan lidahnya, membuktikan sikap jenaka dalam diri Einstein. Dengan cepat, foto itu beredar di seluruh dunia, menjadi sebuah gambar ikonik.
"Profesor pelupa dengan rambut acak-acakan, yang sering lupa memakai kaus kaki, tetapi teori relativitasnya masih dipahami hanya oleh pikiran paling cemerlang di dunia, diangkat menjadi tokoh paling jenius yang juga jenaka," pungkas Hucal.