Menelisik Lebih dalam Tentang Pemanasan Global

By , Rabu, 1 Februari 2017 | 12:00 WIB

Pada 1895, ahli kimia Swedia, Svante Arrhenius, menemukan bahwa manusia dapat meningkatkan efek rumah kaca dengan membuat karbon dioksida, gas rumah kaca. Dialah yang memulai 100 tahun penelitian iklim yang kini memberikan kita pemahaman luar biasa tentang pemanasan global.

Tingkat gas rumah kaca telah mengalami kenaikan dan penurunan selama sejarah Bumi, tetapi telah cukup konstan selama beberapa ribu tahun terakhir. Suhu rata-rata global telah berada dalam posisi konstan selama waktu itu, hingga baru-baru ini. Melalui pembakaran bahan bakar fosil dan emisi gas rumah kaca lainnya, manusia meningkatkan efek gas rumah kaca dan memanaskan Bumi.

Baca juga:

Ribuan Danau Biru Muncul di Antartika. Pertanda Berkah atau Bencana?

Pemanasan Global Terjadi Lebih Cepat dari Prediksi

Para ilmuwan lebih sering menggunakan istilah “perubahan iklim” ketimbang “pemanasan global”. Ini karena seiring peningkatan suhu rata-rata Bumi, angin dan arus laut memindahkan panas di seluruh dunia dan dapat mendinginkan beberapa daerah, menghangatkan daerah lain, serta mengubah jumlah hujan dan salju yang turun. Akibatnya, perubahan iklim terjadi secara berbeda di area berbeda.

Bukankah perubahan suhu merupakan peristiwa alami?

Suhu rata-rata global dan konsentrasi karbon dioksida (salah satu gas rumah kaca utama) telah berfluktuasi pada siklus ratusan ribu tahun karena posisi relatif Bumi terhadap Matahari bervariasi. Akibatnya, zaman es pun datang dan pergi.

Meskipun begitu, selama ribuan tahun lalu, emisi gas rumah kaca ke atmosfer telah diseimbangkan dengan yang diserap secara alami. Alhasil, konsentrasi gas rumah kaca dan suhu dalam kondisi stabil. Stabilitas ini telah memungkinkan peradaban manusia untuk berkembang dalam iklim yang konsisten.

Baca juga:

Kenaikan Permukaan Air Laut Melenyapkan Lima Pulau di Pasifik

Dahsyatnya Efek Pemanasan Global terhadap Kesehatan