Menelisik Lebih dalam Tentang Pemanasan Global

By , Rabu, 1 Februari 2017 | 12:00 WIB

Gletser meleleh, permukaan laut naik, hutan-hutan sekarat, dan diikuti oleh satwa liar. Tanda-tanda tersebut memperjelas bahwa manusia telah menyebabkan pemanasan paling tinggi selama seabad dengan melepaskan gas pemerangkap panas untuk menggerakkan kehidupan modern kita. Gas yang disebut sebagai gas rumah kaca itu levelnya kini lebih tinggi ketimbang 650.000 tahun terakhir.

Kita menyebut hasilnya sebagai pemanasan global, tetapi sebenarnya gas rumah kaca menyebabkan serangkaian perubahan pada iklim Bumi, atau pola cuaca jangka panjang, yang bervariasi antara satu tempat dengan tempat lainnya. Seiring rotasi Bumi setiap hari, panas turut berputar bersamanya, menguapkan air di seluruh lautan, meningkatkan permukaannya di sini, dan menurunkannya di sana. Pemanasan mengubah ritme iklim yang berpengaruh terhadap semua kehidupan di planet ini.

Baca juga:

Tahun 2016 Catat Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah

Hal-hal yang Harus Anda Ketahui Seputar Kenaikan Air Laut

Apa yang akan kita lakukan untuk memperlambat pemanasan ini? Bagaimana kita akan mengatasi perubahan yang telah kita timbulkan? Sementara kita berjuang mengetahui semuanya, wajah bumi seperti yang kita tahu—pantai, hutan, kawasan pertanian, dan pegunungan bersalju—terus bergantung pada keseimbangan.

Efek rumah kaca

Efek rumah kaca merupakan peringatan yang terjadi ketika gas-gas tertentu di atmosfer Bumi memerangkap panas. Gas-gas ini meloloskan cahaya, namun tidak demikian dengan panas, seperti dinding pada rumah kaca.

Pertama, cahaya matahari mencapai permukaan Bumi, kemudian diserap dan dipancarkan kembali ke atmosfer sebagai panas. Di atmosfer, gas-gas rumah kaca memerangkap sejumlah panas, dan melepaskan sisanya ke ruang angkasa. Semakin banyak gas rumah kaca di atmosfer, semakin banyak pula panas yang terperangkap.

Baca juga:

Hampir Seluruh Kehidupan di Bumi Telah Terdampak Perubahan Iklim

Laut Tidak Sanggup Lagi Menanggung Dampak Pemanasan Global

Para ilmuwan telah mengetahui efek rumah kaca sejak tahun 1824, ketika Joseph Fourier mengkalkulasikan bahwa Bumi akan lebih dingin jika tak memiliki atmosfer. Efek rumah kaca inilah yang menjaga iklim Bumi agar planet ini tetap layak huni. Tanpa itu, permukaan Bumi rata-rata akan bersuhu 15,5 derajat Celsius lebih dingin ketimbang saat itu.

Pada 1895, ahli kimia Swedia, Svante Arrhenius, menemukan bahwa manusia dapat meningkatkan efek rumah kaca dengan membuat karbon dioksida, gas rumah kaca. Dialah yang memulai 100 tahun penelitian iklim yang kini memberikan kita pemahaman luar biasa tentang pemanasan global.

Tingkat gas rumah kaca telah mengalami kenaikan dan penurunan selama sejarah Bumi, tetapi telah cukup konstan selama beberapa ribu tahun terakhir. Suhu rata-rata global telah berada dalam posisi konstan selama waktu itu, hingga baru-baru ini. Melalui pembakaran bahan bakar fosil dan emisi gas rumah kaca lainnya, manusia meningkatkan efek gas rumah kaca dan memanaskan Bumi.

Baca juga:

Ribuan Danau Biru Muncul di Antartika. Pertanda Berkah atau Bencana?

Pemanasan Global Terjadi Lebih Cepat dari Prediksi

Para ilmuwan lebih sering menggunakan istilah “perubahan iklim” ketimbang “pemanasan global”. Ini karena seiring peningkatan suhu rata-rata Bumi, angin dan arus laut memindahkan panas di seluruh dunia dan dapat mendinginkan beberapa daerah, menghangatkan daerah lain, serta mengubah jumlah hujan dan salju yang turun. Akibatnya, perubahan iklim terjadi secara berbeda di area berbeda.

Bukankah perubahan suhu merupakan peristiwa alami?

Suhu rata-rata global dan konsentrasi karbon dioksida (salah satu gas rumah kaca utama) telah berfluktuasi pada siklus ratusan ribu tahun karena posisi relatif Bumi terhadap Matahari bervariasi. Akibatnya, zaman es pun datang dan pergi.

Meskipun begitu, selama ribuan tahun lalu, emisi gas rumah kaca ke atmosfer telah diseimbangkan dengan yang diserap secara alami. Alhasil, konsentrasi gas rumah kaca dan suhu dalam kondisi stabil. Stabilitas ini telah memungkinkan peradaban manusia untuk berkembang dalam iklim yang konsisten.

Baca juga:

Kenaikan Permukaan Air Laut Melenyapkan Lima Pulau di Pasifik

Dahsyatnya Efek Pemanasan Global terhadap Kesehatan

Terkadang, beberapa faktor lain mempengaruhi suhu global dalam waktu singkat. Erupsi gunung berapi, misalnya, menyemburkan partikel-partikel yang dapat mendinginkan permukaan Bumi sementara. Tetapi efek ini  akan menghilang dalam beberapa tahun. Siklus lain, seperti El Nino, juga berdampak dalam waktu singkat dan dapat diprediksi.

Saat ini, manusia telah meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfer lebih dari sepertiga sejak revolusi industri. Perubahan besar ini secara historis membutuhkan waktu ribuan tahun, tetapi kini terjadi hanya dalam beberapa dekade.

Mengapa perubahan iklim harus jadi perhatian?

Peningkatan pesat gas rumah kaca merupakan sebuah masalah, karena dapat mengubah iklim lebih cepat dari kemampuan adaptasi beberapa makhluk hidup. Selain itu, lebih banyak iklim baru dan tak terprediksi juga menghadirkan tantangan unik bagi seluruh kehidupan di Bumi.

Baca juga:

Kenaikan Suhu Global Sebabkan Burung Bermigrasi Lebih Awal

Peta Ini Gambarkan Gerakan Migrasi Spesies Akibat Perubahan Iklim

Secara historis, iklim Bumi telah teratur bergeser bolak-balik antara suhu seperti sekarang, dan suhu yang cukup dingin hingga membuat lapisan besar es menutupi sebagian Amerika Utara dan Eropa. Perubahan antara suhu rata-rata global saat ini dan selama zaman es tersebut hanya sekitar 5 derajat Celsius. Perubahan ini berlangsung lambat, selama lebih dari ratusan ribu tahun.

Kini, dengan konsentrasi gas rumah kaca yang meningkat, sisa lapisan es Bumi (seperti di Greenland dan Antarktika) juga mulai meleleh. Kelebihan air ini dapat berpotensi meningkatkan permukaan laut secara signifikan.

Seiring kenaikan suhu, iklim dapat berubah dengan cara yang tak terprediksi. Selain kenaikan permukaan laut, cuaca juga bisa menjadi lebih ekstrim. Ini artinya, akan ada badai-badai besar yang intens, lebih banyak hujan kemudian diikuti oleh kekeringan dan kemarau panjang (tantangan untuk tanaman), mengubah wilayah yang menjadi tempat hidup tumbuhan dan hewan, serta menyebabkan hilangnya persediaan air global dalam bentuk gletser.