Louis Zamperini: Atlet Olimpiade, Selamat dari Perang dan Penyiksaan

By Galih Pranata, Senin, 3 Januari 2022 | 15:00 WIB
Ekspresi Louis Zamperini setelah memecahkan rekor lari pada Olimpiade Berlin 1936. (The Times)

"Berbagi rakit, Letnan Zamperini dan dua korban selamat lainnya — kopilot, Letnan Dua Russell Phillips, dan penembak jitu, Sersan Francis McNamara," tulis Berkow kepada The New York Times.

Ira Berkow menulis dalam artikel berjudul Louis Zamperini, Olympian and ‘Unbroken’ War Survivor, Dies at 97, yang dipublikasi pada 3 Juli 2014.

Louis Zamperini (kiri) dalam siniar setelah mengalami penyiksaan sepanjang 28 bulan di kamp tawanan Jepang. (National Archives)

"Selama terapung di atas rakit, mereka melawan rasa lapar, haus, panas, badai, dan serangan hiu, belum lagi ditambah dengan upaya menghindari tembakan dari serangan udara tentara Jepang," imbuhnya.

Mereka hidup dari air hujan dan sedikit ikan yang bisa mereka tangkap dan makan membuat badan mereka semakin kurus. Belum lagi, surat tentang kematian Zamperini telah sampai kepada keluarganya di California, Amerika Serikat.

Tanpa diketahui militer Amerika Serikat, Letnan Zamperini dan yang lainnya masih terombang-ambing di tengah luasnya laut, meskipun Sersan McNamara telah meninggal setelah 33 hari terapung.

Sampai pada akhirnya, mereka berhasil di angkat dari perairan dan ditawan oleh para tentara Jepang. Memulai sejumlah penderitaan yang berat dan panjang. Mereka dipindahkan dari satu penjara ke penjara lainnya

Letnan Louis Zamperini berada di tangan brutal Mutsuhiro Watanabe, seorang sersan kamp yang kemudian diklasifikasikan sebagai penjahat perang. Zamperini terbiasa menerima pemukulan dan hukuman fisik yang menyiksa.

Betapa keras dan kejamnya serangkaian penyiksaan yang dilakukan Watanabe kepadanya. Tak jarang, ia juga diancam akan dibunuh karena kerap kali melakukan perlawanan dan pemberontakan selama ditahan.

Baca Juga: Gejolak-gejolak Olimpiade Saat Dihadang Sederet Krisis Global

Mentalitas dan kekuatan fisiknya, membuat segala macam siksaan terhadap dirinya, membuatnya tetap bertahan hiduop, sampai akhirnya Jepang kalah pada Perang Dunia II tahun 1945.

"Pada tahun 1945, di akhir perang, Zamperini dibebaskan bersama dengan ratusan tawanan perang lainnya di kamp Naoetsu, barat laut Tokyo," tulis John Meroney dalam wawancaranya dengan Louis Zamperini.

Meroney menulisnya kepada The Atlantic, dalam artikelnya berjudul 'World War II Isn't Over': Talking to Unbroken Veteran Louis Zamperini, yang publish pada 11 November 2014. 

Louis Zamperini (kanan) bersama dengan Angelina Jolie (kiri), sutradara dari film 'Unbroken' yang menceritakan kisah perjuangan Zamperini. (Universal Pictures)

Selepas dibebaskan, ia mengalami beberapa trauma yang ia sebut 'mimpi buruk'. "Mimpi buruk itu datang setiap malam. Saya terlihat baik-baik saja, berat badan saya kembali, tetapi saya mengalami mimpi buruk," imbuh Zamperini kepada Meroney.

"Aku selalu terbangun dengan keadaan basah kuyup," terusnya. 

"Sejujurnya aku ingin kembali ke Jepang dan secara diam-diam menemukan dan membunuhnya (Watanabe -yang menyiksa Zamperini saat di kamp tawanan), sebelum aku puas," pungkasnya. 

Baca Juga: Mengapa Jimmy Carter Memerintahkan AS untuk Memboikot Olimpiade 1980?

Lepas dari segalanya, Zamperini dipandang sebagai orang yang paling disegani di California. Sampai pada akhirnya, Angelina Jolie bertemu dengan Zamperini dan bertanya tentang seluk beluk kehidupan Zamperini.

Angelina Jolie menyutradai sebuah film berjudul 'Unbroken' yang diadaptasi dari novel yang menceritakan kisah hidup Louis Zamperini. Film 'Unbroken' rilis pada tahun 2014. 

Mengidap penyakit pneumonia, Zamperini wafat pada saat berusia 97 tahun, di kediamannya, Los Angles pada 2 Juli 2014, dua bulan sebelum film yang berkisah tentang hidupnya diluncurkan.