6 Hal yang Harus Anda Ketahui Seputar Kepunahan Massal Keenam

By , Senin, 17 Juli 2017 | 16:00 WIB

Ruang tinggal menjadi sangat langka

Deforestasi dan degradasi lahan yang menjadi penyebab meningkatnya pemanasan global. (Thinkstockphoto)

Penyebab utama penurunan populasi satwa liar di masa sekarang adalah hilangnya habitat dan fragmentasi. Semua itu termasuk deforestasi untuk pertanian, penebangan, pemukiman, dan fragmentasi hutan karena pembangunan jalan raya dan infrastruktur lain.

Baca juga: 10 Alasan Mengapa Hutan Penting Bagi Kehidupan

Selain itu, satwa liar juga terancam oleh aktivitas manusia, polusi, dan sampah. Seluruh ekosistem saat ini bermigrasi karena perubahan iklim, meninggalkan spesies yang kurang bisa beradaptasi atau berpindah.

Vertebrata kian menghilang

True Tomato Frog merupakan spesies yang populer dalam dunia perdagangan hewan peliharaan. Regulasi yang membatasi perdagangan katak tomat liar telah membantu meningkatkan populasi, namun polusi air masih menjadi masalah utama yang mencancam kelestarian spesies ini. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)

Jumlah spesies vertebrata yang telah dinyatakan punah sejak tahun 1500 setidaknya mencapai 338. Angka tersebut belum termasuk kategori-kategori kritis lain seperti "punah di alam liar", dan"mungkin punah", yang bisa mencapai total 617 spesies. Lebih dari setengah kepunahan tersebut terjadi sejak tahun 1900—198 dalam kategori "punah", dan 279 dalam kategori "punah di alam liar" dan "mungkin punah".

Baca juga: Selamatkan Katak, Menyelamatkan Spesies Manusia

Seluruh populasi vertebrata di seluruh dunia dilaporkan telah turun 52 persen hanya dalam kurun waktu 45 tahun terakhir, dan ancaman kepunahan masih akan terus menghantui spesies-spesies yang lain.

Lebih parah dari yang kita duga

Hamparan karang kubis Acropodiae yang menempel di lereng gunung bawah laut dekat Raja Ampat, Indonesia menyediakan rumah bagi kepiting, udang, dan hewan lainnya. Kawanan ikan yang melintas dapat memakan invertebrata ini. Penurunan populasi terumbu karang pada gilirannya akan berdampak bagi spesies lain yang menggantungkan hidupnya pada terumbu karang. (Brian Skerry/National Geographic)

Studi terbaru yang dilakukan ilmuwan sengaja dibuat konservatif, sehingga tingkat aktual kepunahan hampir bisa dipastikan lebih ekstrem daripada yang ditunjukkan hasil penelitian.

Studi juga hanya berfokus pada vertebrata, yang memang relatif lebih mudah dihitung dan sebagian besar status konservasinya sudah dinilai, ketimbang invertebrata. Padahal, invertebrata menyusun lebih dari 99 persen keragaman spesies.

Baca juga: Nasib Terumbu Karang Kian Mengkhawatirkan