Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari University of Leeds mengungkapkan bahwa kondisi yang lebih tidak bersahabat di Bumi saat kehidupan berevolusi. Menurut simulasi komputer baru, selama bagian panjang dari 2,4 miliar tahun terakhir, Bumi mungkin lebih 'tidak ramah' bagi kehidupan daripada yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya.
Dengan menggunakan model iklim mutakhir, para peneliti sekarang percaya tingkat radiasi ultraviolet (UV) yang mencapai permukaan bumi bisa saja diremehkan, dengan tingkat UV hingga sepuluh kali lebih tinggi. Radiasi UV dipancarkan oleh matahari dan dapat merusak dan menghancurkan molekul biologis penting seperti protein.
Selama 2,4 miliar tahun terakhir merupakan babak penting dalam perkembangan biosfer. Tingkat oksigen meningkat dari hampir nol menjadi jumlah yang signifikan di atmosfer. Dengan konsentrasi yang berfluktuasi tetapi akhirnya mencapai konsentrasi modern sekitar 400 juta tahun yang lalu.
Selama waktu ini, organisme dan hewan multiseluler yang lebih kompleks mulai menjajah daratan. Temuan baru tersebut telah dipublikasikan di Royal Society Open Science dengan judul "A revised lower estimate of ozone columns during Earth’s oxygenated history".
Baca Juga: Cerita Evolusi Kita: Kenapa Berpolitik dan Mencari Sistem yang Ideal?
Gregory Cooke, seorang peneliti PhD di University of Leeds yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan temuan tersebut menimbulkan pertanyaan baru tentang dampak evolusi radiasi UV karena banyak bentuk kehidupan diketahui terpengaruh secara negatif oleh dosis radiasi UV yang intens.
"Kita tahu bahwa radiasi UV dapat memiliki efek buruk jika kehidupan terkena terlalu banyak. Misalnya, dapat menyebabkan kanker kulit pada manusia. Beberapa organisme memiliki mekanisme pertahanan yang efektif, dan banyak yang dapat memperbaiki beberapa kerusakan yang disebabkan radiasi UV," kata Cooke dalam rilis media University of Leeds.
Cooke menjelaskan, sementara jumlah radiasi UV yang tinggi tidak akan mencegah munculnya atau terjadinya evolusi kehidupan, tapi itu bisa bertindak sebagai tekanan seleksi kehidupan di Bumi. Organisme yang lebih mampu mengatasi jumlah radiasi UV yang lebih besar akan menerima keuntungan lebih.
Jumlah radiasi UV yang mencapai Bumi dibatasi oleh ozon di atmosfer. Keberadaan atmosfer digambarkan oleh para peneliti sebagai "salah satu molekul terpenting bagi kehidupan" karena perannya dalam menyerap radiasi UV saat melewati atmosfer bumi. Sementara ozon terbentuk sebagai hasil dari sinar matahari dan reaksi kimia dan konsentrasinya bergantung pada tingkat oksigen di atmosfer.
Selama 40 tahun terakhir, para ilmuwan percaya bahwa lapisan ozon mampu melindungi kehidupan dari radiasi UV yang berbahaya ketika tingkat oksigen di atmosfer mencapai sekitar satu persen relatif terhadap tingkat atmosfer saat ini. Pemodelan baru menantang asumsi itu. Ini menunjukkan tingkat oksigen yang dibutuhkan mungkin jauh lebih tinggi, mungkin 5 persen sampai 10 persen dari tingkat atmosfer saat ini.
Akibatnya, ada periode ketika tingkat radiasi UV di permukaan bumi jauh lebih besar, dan ini mungkin terjadi di sebagian besar sejarah Bumi.
"Jika pemodelan kami menunjukkan skenario atmosfer selama sejarah oksigenasi Bumi, maka selama lebih dari satu miliar tahun Bumi bisa bermandikan radiasi UV yang jauh lebih intens daripada yang diyakini sebelumnya," jelas Cooke.
Menurutnya, hal itu mungkin memiliki konsekuensi yang menarik bagi evolusi kehidupan. Tidak diketahui secara pasti kapan hewan muncul, atau kondisi apa yang mereka hadapi di lautan atau di darat. Namun, tergantung pada konsentrasi oksigen, hewan dan tumbuhan bisa menghadapi kondisi yang jauh lebih keras daripada saat ini. "Kami berharap bahwa dampak evolusi penuh dari hasil kami dapat dieksplorasi di masa depan," Cooke melanjutkan.
Hasilnya juga akan mengarah pada prediksi baru untuk atmosfer planet ekstrasurya. Exoplanet adalah planet yang mengorbit bintang lain. Kehadiran gas tertentu, termasuk oksigen dan ozon, dapat mengindikasikan kemungkinan adanya kehidupan di luar bumi, dan hasil penelitian ini akan membantu pemahaman ilmiah tentang kondisi permukaan di dunia lain.
Baca Juga: Aktivitas Manusia Akan Menghapus Sejarah Evolusi Bumi Selama 50 Miliar Tahun