Kabar Garda Sains Terdepan: Pari Manta Indonesia Terancam Punah

By Agni Malagina, Rabu, 12 Januari 2022 | 09:00 WIB
Ronald, dive master asal Raja Ampat mencoba memotret identitas pari manta di area Manta Ridge. (Sigit Pamungkas)

Rangkaian kegiatan berikutnya dilanjutkan dengan tagging dan uji coba LED untuk mitigasi bycatch yang difokuskan di desa Nangalili, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Rekaman gambar drone sebagai salah satu upaya sensus Pari Manta. (Yayasan Reef Check Indonesia )

Riyan menjelaskan bahwa upaya pemasangan tag ke tubuh pari manta yang mereka temui tidak mudah. Beberapa kendala mereka hadapi, seperti kondisi perairan yang keruh atau berarus kuat hingga mengurangi jarak pandang penyelam. Penyelam harus memastikan bahwa pari manta yang ditemui masih belum terpasang tag atau penanda lainnya. Selain itu, pari manta yang masih muda atau Baby Manta cenderung akan menjauhi penyelam dan masuk kembali ke perairan dalam.

“Laguna Wayag ini kebanyakan mereka masih baby manta, ukurannya kecil. Jadi cukup susah dipasang tag-nya. Sudah seharian kita keliling laguna, belum juga tag ini terpasang,” jelas Riyan. Dia menambahkan bahwa total sudah lima tag akustik yang dipasang oleh Tim YRCI sejak Mei 2021.

Selain reciever dari YRCI, terdapat 17 unit receiver dari penelitian sebelumnya. Pemasangan unit tambahan bermanfaat untuk menjangkau kawasan yang lebih luas. Setiap receiver diharapkan dapat mengumpulkan data secara berkesinambungan. Data ini meliputi informasi tanggal, waktu, dan frekuensi serta nama ID atau tag pada tubuh manta.

Salah satu penyelam yang bertugas memasang tag akustik ditubuh pari manta, Imanuel Mofu menjelaskan bahwa tag yang tersisa ini akan dipasang dalam rentang waktu bulan depan. Ia pun sempat menjelaskan tagpole atau tombak yang digunakan untuk memasang tag, di mana didesain untuk selain mudah digunakan didalam air, juga memiliki daya dorong yang cukup untuk tidak melukai pari manta.

Riyan menerangkan upaya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui habitat manta. Antara lain meliputi wilayah pergerakan. Ada dua langkah identifikasi pergerakan melalui tag akustik dan tag satelit. Ia berharap adanya kajian ini bisa mengetahui habitat penting bagi manta sehingga menjadi dasar pengelolaan kawasan, misalnya untuk pembesaran.

Kita berharap penelitian ini dapat meningkatkan pengelolaan kawasan sehingga menjamin pergerakan manta tetap lestari dan tetap terjaga.

Baca Juga: Cahaya Rajaampat, Anak-Anak Arborek Tinju Dunia dengan Bahasa Inggris