Kereta Gumarang yang berangkat dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta baru saja beranjak dari Cirebon. Di stasiun besar di Jawa Barat ini, kereta malam sejenak rehat. Buat yang menyukai tembakau perhentian sekitar sepuluh menit jadi kunci untuk mulai membakar beberapa batang rokok.
Perhentian akhir kereta adalah stasiun Pasar Turi di Surabaya, Jawa Timur. Fotografer Yul Prasetyo bersama dua rekan penulis, Shelma Aisya dan Laksmi Indra Fatima, tercatat sebagai penumpang kereta yang menelusuri rute pantai utara Jawa sejak 2001 itu. Mereka tak punya agenda pelesir ke Kota Pahlawan. Ketiganya juga tak akan menjelajah deretan gunung timur Tanah Jawa yang memantik dopamin.
Lantas, kemana tujuan mereka? Ketiganya menjadi bagian dari rombongan besar tim eksplorasi Pertamina Hulu Energi yang menggelar kegiatan lapangan bertajuk “Unravel Petroleum System of Rembang Zone” yang berlangsung pada 23 – 26 Oktober, di wilayah Cepu, Blora, dan sekitarnya.
Agar memudahkan koordinasi, panitia telah menyewa satu gerbong kelas eksekutif Gumarang. Bukan soal guyub, tapi seluruh kursi yang telah dibeli itu membuat mereka gampang gelar diskusi.
Lihatlah apa yang mereka lakukan selepas perhentian di Cirebon tadi. Seluruh peserta yang telah menyantap sajian malam (begitu beres, bisa langsung menyalakan udut alias rokok di tempat yang sudah disediakan di Stasiun Cirebon) segera menyimak penjelasan panitia.
Di hadapan peserta (yang beragam usia dan punya latar pendidikan geologi dan geofisika), Adi Gunawan, Senior Analyst Exploration Asset Management Pertamina Hulu Energi, bersemangat memberikan penjelasan. Dengan menunjukkan selembar peta, ahli geologi masa depan ini menerangkan rencana kegiatan selama tiga hari, yang bakal menyita waktu sepanjang hari.
Gugun, sapaan karibnya, juga menjelaskan perihal sifat, struktur, kondisi tanah dan bebatuan di sejumlah yang lokasi yang mereka tuju (Dowan, Paciran, Bulu, Kali Braholo, dan Sitirejo). Kadangkala suara Gun kalah nyaring dibandingkan bunyi gesekan roda kereta dengan relnya. Meski begitu, peserta tekun menyimak.
Kelar urusan geologi, Gugun melanjutkan urusan geofisika, mulai dari data yang bakal diambil, gravitasi, magnetik hingga teknis pemakaian alat yang digunakan. Semakin malam diskusi tambah seru. Arieffian Eko Kurniawan, ahli geologi yang menjadi ketua kegiatan, duduk di lantai kereta. Sembari menyeruput minuman hangat, Fian menyimak keterangan Gugun. Kadangkala Fian melontarkan canda khasnya.
Kegiatan mengasah ilmu dan sekaligus menjelajah itu memang begitu penting bagi para ahli ilmu bumi. Mereka bisa tetap peka kalau sering berada di lapangan. Itu sebabnya, kami tak heran melihat perawakan Fian yang berkulit gelap dan senang bercanda. Maklum, kalau terlampau serius, tentu kegiatan lapangan bakal hambar.
“Buat saya, kegiatan ini bermanfaat bagus. Sebab, bisa untuk mencari sesuatu yang baru. Apa yang kita lihat sekarang dengan data yang baru akan berbeda,” kata Fian kepada Shelma dan Laksmi sebelum acara diskusi di dalam gerbong berlangsung.
Kegiatan ini, lanjut Fian, juga bermanfaat sebagai ajang tukar pandangan antara ahli geologi senior dan yunior. “Yang yunior kan punya pandangan seperti ini, sementara yang senior mungkin akan punya pandangan lain. Nah itulah yang kita cari supaya diskusinya jalan,” papar Fian, yang sudah menyiapkan kegiatan lapangan selama dua bulan bersama rekan-rekannya.
Menurut jadwal, pada hari pertama, peserta akan menuju Dowan dan Paciran, yang bakal ditempuh selama dua perjalanan darat dari Cepu. “Di Desa Dowan yang di dekat rumah warga, kita mengobservasi batuan beku intrusi yang kemungkinan intrusi dangkal,” kata Eka Nugraha, Senior Geoscientist Pertamina Hulu Energi menjelaskan.
Batuan itu merupakan hasil dari aktivitas volkanisme atau kegunung apian. “Jadi, aktivitas volkanisme itu belum tentu berupa gunung api seperti Gunung Merapi dan lainnya, namun dalam hal ini aktivitas volkanisme adalah aktivitas yang melibatkan magma dari dalam bumi. Batuan intrusi di area ini para ahli geologi mengenalnya dengan Intrusi Lasem,” terang Eka.