Yang Liping, Putri Merak yang Melenggokkan Legenda Cina di Negeri Kanguru

By , Senin, 23 Oktober 2017 | 15:00 WIB

Koreografer China Yang Liping merupakan nama yang amat tenar di China pada tahun 1980-an saat tariannya yang terkenal ‘Spirit of The Peacok' berhasil menangkap imajinasi masyarakat di negaranya. Legenda tari ini mengatakan latar belakang etnis minoritasnya telah memberi kontribusi pada karya terbarunya, ‘Under Siege’.

Duduk di ruang rias di belakang panggung di Pusat Seni Melbourne, penari dan koreografer, Yang Liping menerawang kembali pada kenangan di masa kecilnya.

"Masa kecil saya penuh dengan kesulitan, tapi semua anggota keluarga saya masih sempat melewatkannya dengan bergembira bernyanyi dan menari," katanya.

Kesulitan tersebut termasuk membantu membesarkan saudara kandungnya setelah ayahnya tiba-tiba saja meninggalkan keluarga saat ia masih sangat muda.

Baca juga: Batik Menjadi Primadona di Museum Tekstil George Washington University

Namun, kecintaannya yang tidak pernah terpuaskan terhadap lagu dan tarian telah menuntunnya pada sebuah karir di panggung pementasan, yang dimulai dengan sebuah undangan untuknya pada tahun 1971 untuk bergabung dengan 'Xishuangbanna Prefecture Song and Dance Troupe' – sebuah ansambel yang mempertemukan puluhan anak-anak dari berbagai latar belakang etnis.

Yang Liping adalah anggota ensambel itu dari kelompok etnis minoritas di China, Bai, yang mayoritas tinggal di Propinsi Yunnan di China selatan. Menurut sensus di negaranya tahun 2010, kelompok etnis Bai hanya menyumbang 0,145 persen dari total populasi negara tersebut.

Dari China selatan, dia akhirnya melakukan perjalanan jauh ke utara, di mana dia mulai bekerja dan belajar menari di Beijing.

Peralihan dari menari di kaki pegunungan di kampung halamannya untuk belajar secara formal di Beijing sangat sulit.

"Kelas balet ensemble dan latihan fisik membuat saya merasa tidak tahu bagaimana untuk menari lagi," jelasnya.

"Tubuh saya semakin kaku dan gerakan fisik saya menjadi semakin mekanis.

"Saya kehilangan semangat dalam rutinitas itu."

Karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan rezim pelatihan yang terbatas, dia memutuskan untuk berhenti dari kelas ensambel dan mencoba menemukan kembali gairahnya.