Riset geofisika di bidang nonseismik ini sangat membantu di saat tinggi harga minyak saat ini. Rusalida mengungkapkan, survei data seismik menuntut lebih banyak biaya dibAding nonseismik. Dengan turunnya harga minyak seperti sekarang, Pertamina Hulu Energi mencari metode teknologi yang murah tetapi tepat guna.
“Graviti-magnetik ini murah. Pengambilan data di lapangan menggunakan alat sederhana, krunya atau orang yang bekerjanya tidak terlalu banyak,” ungkap Rusalida.
Meski begitu, Rusalida tak memungkiri bahwa data nonseismik tentu memiliki perbedaan dengan data yang dihasilkan dari survei seismik.
Alat geofisika yang akan membantu memahami kondisi area situs dalam kegiatan lapangan ini yakni gravitimeter dan magnetometer. Kedua alat tersebut merupakan salah satu metode yang dipakai untuk evaluasi awal dari suatu area yang berpotensi mengandung hidrokarbon.
Rusalida menambahkan, “Selama ini, mereka hanya terima saja peta-peta (graviti dan magnetik), tapi tidak tahu cara mengambilnya seperti apa.” Begitu juga dengan peserta berlatar belakang geofisika, mereka bisa mengingat kembali konsentrasi geologi terkait deskripsi batuan.
Selain perbedaan latar belakang cabang ilmu, peserta fieldwork terbagi dalam perbedan tingkatan senior dan yunior. Keduanya akan tergabung dalam satu kelompok di saat mengamati semua situs.
“Menurut saya, yang muda itu justru lebih banyak pengetahuannya, karena anak-anak muda zaman sekarang bisa belajar dari mana saja. Kalau zaman saya dulu, cuma dari literatur, buku kuliah. Kalau sekarang, mereka bisa belajar dari berbagai jenis media,” ungkap Rusalida.
Begitu juga dengan peserta senior yang memiliki jam terbang lebih banyak, yang akan memberikan pandangannya terhadap kondisi area situs.
Pemilihan lokasi kegiatan lapangan di Blora, Jawa Tengah bukan tanpa alasan. “Area yang kita pilih untuk fieldwork itu kita sesuaikan dengan AP yang sekarang sedang aktif atau jadi hotspot,” ujar Rusalida.
Anak usaha yang sedang aktif di daerah terdekat fieldwork, yakni Pertamina Hulu Energi Randugunting. Pemilihan lokasi ini juga mendukung usaha efisiensi biaya perusahaan. Panitia mencari lokasi yang tidak terlalu jauh –masih di Pulau Jawa, tetapi kompleksitas geologinya sangat rumit. Pada fieldwork ini, peserta diharapkan mengetahui ekspresi zona sesar RMKS (Rembang-Madura-Kangean-Sakala) di permukaan yang memiliki peranan besar dalam membentuk jebakan atau reservoir minyak dan gas bumi.
Selain fieldwork yang digelar Pertamina Hulu Energi ini, Rusalida menyebutkan ada biro-biro di hulu migas yang membuka kursus untuk mempertajam keahlian geoscientist di perusahaan. Perusahaan bisa mengirim wakilnya perseorangan. Namun, menurutnya, pelaksanaan fieldwork secara mandiri seperti ini lebih efektif karena semua yang terlibat bisa ikut belajar bersama-sama.
Lebih jauh lagi, Rusalida berharap diskusi yang berjalan pada saat fieldwork memicu peserta mencetuskan pemikiran inovatif. “Pemikiran yang out of the box itu yang dibutuhkan dalam kondisi seperti sekarang.”